NU Demak-Pengurus Cabang (PC) Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama (IPSNU) Pagar Nusa Kabupaten Demak mengadakan ujian kenaikan tingkat (UKT) Warga yang diikuti sebanyak 207 pesilat dari berbagai Pengurus Anak Cabang (PAC) di pondok pesantren Miftahul Ulum, Jogoloyo, Wonosalam, Demak, Kamis-Jumat (7-8/7).
Ketua PC IPSNU Pagar Nusa Demak H Jamaludin Malik berharap dengan kegiatan UKT Warga ini bisa mencetak generasi muda NU, generasi yang sehat lahir bathinnya, tabah serta sabar dalam menghadapi semua permasalahan, dan selalu komitmen untuk menjaga NU dan para Kiai.
“Harapan saya, Demak kedepan menjadi pusat kegiatan islami bak kembali pada mataram islam lama dan pencak silat NU pagar nusa bisa menjadi yang terbesar di indonesia, semoga kita semua diberi keberkahan oleh Allah SWT,” dikatakan kepada media NU Demak, belum lama ini.
Sementara itu, Sekretaris PC IPSNU Pagar Nusa Demak Muhammad Mahmud menuturkan kalau jumlah keseluruhan anggota pencak silat se-Kabupaten Demak sebanyak 2.500 pesilat. “Sebagai badan otonom NU yang bertugas menggali, mengembangkan dan melestarikan pencak silat NU sebagai warisan walisongo tidak boleh patah semangat, siapa lagi yang akan menghidupkan kalau bukan kita?” ujar Gus Mud.
Gus Mud menjelaskan, kalau pondok pesantren bisa diibaratkan sebagai sentral kegiatan pencak silat. Kiai atau ulama pengasuh pondok pesantren selalu melengkapi dirinya dengan ilmu pencak silat, khususnya aspek tenaga dalam atau karomah yang dipadu dengan pencak silat.
“Pada saat itu seorang Kiai sekaligus juga menjadi pendekar pencak silat, jangan sampai hal ini hanya akan menjadi sejarah saja,” tegasnya.
Lebih lanjut, Gus Mud menceritakan sejarah singkat terbentuknya pencak silat NU. Pada tanggal 12 Muharrom 1406 H bertepatan tanggal 27 September 1985 M, para ulama dan pendekar berkumpul di pondok pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur, untuk musyawarah dan membentuk suatu wadah khusus mengurusi pencak silat NU.
“Musyawaroh tersebut dihadiri tokoh-tokoh pencak silat dari: Jombang, Ponorogo, Pasuruhan, Nganjuk, Kediri, Cirebon hingga Kalimantan,” terangnya.
Pada musyawarah tersebut, tambah Gus Mud, disepakatilah antara lain membentuk ikatan pencak silat nahdlatul ulama (IPS NU) Pada tanggal 3 Januari 1986 di pondok pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur.
“Dan, meminta KH Agus Maksum Djauhari untuk bersedia menjadi ketua umum atas restu dari KH Samsuri Baidlowi dan KH Abdurrahman Ustman,” jelasnya.
Disisi lain, ketua panitia sekaligus ketua Rayon Ponpes Miftahul Ulum, Muhammad Romadhoni menjelaskan kalau UKT kali ini ada dua sesi pelaksanaan, yang pertama pada malam hari yang berisi tes fisik, materi juga mental. Dan yang kedua pada sesi pagi yaitu penyamaan jurus.
“Ada sebanyak 207 peserta, meliputi dari PAC Wonosalam, Karanganyar, Demak Kota, Sayung, Karangtengah, Guntur, Mranggen, dan Wedung. Agar semua jurus-jurus yang sudah diajarkan oleh para pelatih di PAC masing-masing, maka diperlukan yang namanya penyamaan jurus agar sama,” terangnya.
Kemudian, tambah Romadhoni, pada UKT kali ini ia berharap generasi-generasi warga pagar nusa, khususnya pada kabupaten Demak benar-benar menjadi anggota yang militan, artinya tetap membentengi ulama dan bangsa.
“Karena menjadi pendekar bukan ajang untuk pamer kejadugan, tetapi harus siap mewujudkan persaudaraan dan perdamaian.” pungkasnya. (Sam/Cr)