Sabtu Pahing, 16 Nov 2024 / 14 Jumadil Awwal 1446 H
x
Banner

Syuriah MWCNU Karanganyar KH Mudatshir : Ada Empat Resep Mencipatakan Keluarga Bahagia

waktu baca 2 menit
Taufikul Lutfi Rois
Senin, 14 Nov 2022 04:42
0
519

Karanganyar, NU Online Demak

Melalui pernikahan Allah menyatukan dua insan yang memiliki latar belakang berbeda dalam satu ikatan yang disebut keluarga. Keluarga dibangun agar memperoleh kebahagiaan baik dunia maupun akhirat. Dalam suatu acara pernikahan Syuriyah MWC NU Karanganyar Demak, KH. Mudatsir menjelaskan 4 (empat) resep menciptakan keluarga bahagia. Berikut penjelasannya:

Pertama, faham agama dan mengamalkannya. Keluarga harus dibangun atas dasar agama. Tidak sebatas mengetahui tentang tata cara beribadah saja, namun juga harus mengamalkannya.

“Shalat merupakan tiang agama, maka jangan sekali-sekali meninggalkannya. Di dalam keluarga kita harus saling mengingatkan satu sama lain untuk senantiasa mendirikan shalat 5 waktu dan mengutamakan shalat berjamaah”, tutur beliau.

Kedua, saling menghormati. Firman Allah dalam QS. Al-Isra:7

إنأَحْسَنْتُمْأَحْسَنْتُمْلِأَنْفُسِكُمْۖوَإِنْأَسَأْتُمْفَلَهَا

Artinya: “Jika engkau berbuat baik, berarti engkau telah berbuat baik pada dirimu sendiri. Jika engka berbuat buruk, berarti engkau berbuat buruk pada dirimu sendiri”

Saling menghormati, lanjut beliau, harus diterapkan baik di dalam keluarga maupun kehidupan bermasyarakat.

Ketiga, manasharufkan harta sewajarnya. Penghasilan yang diperoleh oleh suami/istri hendaknya di-manage sebaik mungkin sehingga seimbang antara income dan outcome.

“Manajemen keuangan perlu diperhatikan dan dipraktikkan secara bijak dengan menerapkan konsep ausath (tengah-tengah) artinya jangan kikir dan jangan boros dalam menggunakan harta. Hendaknya digunakan secara sederhana dan sesuai kemampuan,” lanjut beliau.

Keempat, mengakui kesalahan dan memaafkannya. Siapapun yang salah hendaknya mengakui kesalahan dan yang lainnya harus legowo menerima kesalahan dari pasangannya.

“Jika suami/istri berbuat kesalahan hendaknya mengakui kesalahannya dan jangan merasa paling benar karena karakter demikian hanya memperkeruh hubungan keluarga,” kata beliau.

Sedangkan yang lainnya, tambah beliau, harus berkenan memaafkan walaupun hal itu terkadang sulit untuk dilakukan.

Kontributor : Taufikul Lutfi Rois

Editor : Choerul Rozak/Red.

Avatar photo

Taufikul Lutfi Rois

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap lengkapi captcha sekali lagi.

LAINNYA
x