NU Online Demak
Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Miftachul Akhyar menjelaskan bahwa orang yang berserah kepada pemilihan Allah menunjukkan betapa luar biasa kualitas tawakalnya.
“Jadi orang yang sudah tidak punya pilihan, terserah pemilihan Allah, itu menunjukkan betapa kualitas tawakalnya luar biasa. Makanya ada hadis yang menyatakan, barang siapa, man qola kulla yaumin la haula wala quwwata illa billahil aliyyil azhim miata marroh lam yusibhu faqri. Barangsiapa yang setiap hari membaca la haula wala quwwata illa billahil aliyyil azhim, tidak boleh kurang, tidak boleh lebih, pas 100 kali, setiap hari dibaca, maka yang namanya kefakiran tidak pernah dekat-dekat,” ujar Kiai Miftach.
Amalan tersebut diberikan oleh KH Miftachul Akhyar pada pertemuan ke-29 Ngaji Syarah Al-Hikam di Channel YouTube Multimedia KH Miftachul Akhyar pada Sabtu (25/3/2023).
Lebih lanjut Kiai Miftach menjelaskan, artinya hajat-hajatnya akan dimudahkan oleh Allah. Sebab la haula wala quwwata illa billahil aliyyil azhim merupakan kepasrahan total, tidak ada daya, tidak ada kekuatan, semua yang telah terjadi itu hanyalah dari kekuatan Allah.
“Itu kan totalitas, kepasrahan yang total. Sampai menganggap dirinya nggak punya daya, nggak punya kekuatan. Justru di saat hamba-hamba yang seperti ini, total keikhlasannya, total kepasrahannya kepada Allah justru diurus oleh Allah. Makanya kalian baca la haula 100 kali tiap hari, nggak kurang, nggak lebih, yang ikhlas,” tutur Kiai Miftach.
Ia mengatakan bahwa hal-hal semacam itu yaitu membiasakan hal yang tidak biasa merupakan bagian dari kita sebagai makhluk.
“Termasuk puasa ini, puasa ini kan membiasakan hal yang tidak biasa. Biasanya siang begini ngopi, makan camilan, segala macam. Ini berarti nyulayani sesuatu yang biasa, artinya membiasakan sesuatu yang tidak biasa,” ucapnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya tersebut menjelaskan jika membiasakan hal yang tidak biasa untuk nafsu. Maka Allah akan menganugerahkan sesuatu yang tidak biasa, yang disebut dengan rizki min haitsu la yahtasib, yaitu rizki yang tidak disangka-sangka.
“Marilah kita membiasakan hal yang tidak biasa, termasuk puasa ini. Membiasakan hal yang tidak biasa, akhirnya hal yang tidak biasa menjadi biasa. Maka kita akan menerima hal yang tidak biasa dari Allah yang kita kenal dengan istilah rizki min haitsu la yahtasib. Mudah-mudahan puasa pada tahun ini sukses. Sehingga Ramadhan rindu ingin ketemu kita di tahun-tahun yang akan datang,” tutur Kiai Miftach.
Sumber : NU Online