Semarang, NU Online Demak
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jateng HM Muzamil menegaskan, NU telah memiliki aturan atau pedoman tata cara mengikhbarkan awal bulan qamariyah di mana sesuai keputusan para ulama Ahlussunnah wal Jamaah berpedoman pada hasil rukyatul hilal (melihat bulan).
“Sesuai anjuran ulama ahlussunah wal jamaah, warga NU harus menunggu hasil rukyatul hilal tentang kapan awal bulan qamariyah, termasuk 1 Syawal 1444 Hijriah,” ujarnya.
Disampaikan, Nahdliyin telah memiliki pedoman dalam beribadah maupun muamalah dengan cara bermazhab kepada imam madzhab yang sangat indah dan mu’tabar, termasuk tentang kapan mulai puasa dan kapan mulai berhari raya.
“Untuk keperluan kepastian awal bulan qamariyah khususnya awal bulan Ramadhan, Syawal maupun Dzulhijjah, NU Jateng melakukan rukyatul hilal di beberapa titik oleh Lembaga Falakiyah NU di tempatnya masing-masing.
“Khusus untuk awal 1 Syawal 1444 H akan melakukan rukyatul hilal Kamis (20/3/2023) sore dan hasilnya nanti dilaporkan kepada PBNU dan PBNU yang akan memberikan ikhbar secara luas,” terangnya.
Tentang kemungkinan adanya perbedaan hari raya idul Fitri 1444 H HM Muzamil menyampaikan, perbedaan sudah terbiasa terjadi. “Bagi kita apa yang kita kerjakan dan bagi mereka apa yang mereka lakukan. Asalkan jika ada persamaan atau perbedaan didasarkan pada ilmu dan adab, Insyaallah tidak masalah,” ungkapnya.
Pengasuh Pesantren At-Taslim Bintoro, Demak KHM Nurul Huda menjelaskan, tiga madzhab besar yaitu Imam Hanafi, Imam Maliki, dan Imam Hambali dalam penentuan hilal harus didasarkan pada rukyatul hilal.
“Sedang mdzhab Syafi’i memperbolehkan untuk ahli hisab menggunakan hasil hisabnya bagi mereka bukan untuk umum, dengan syarat dalam hitungan hisab ketinggian hilal mencapai tiga derajat atau lebih di atas ufuq,” terangnya.
Pihaknya mengimbau agar semua pihak berpikir jernih agar pelaksanaan ibadah dapat sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw dan para sahabatnya.
Sumber : NU Online Jateng/Redaksi