NU Online Demak
Bulan Syawal selain dikenal sebagai bulan perayaan hari kemenangan setelah satu bulan penuh berpuasa Ramadhan, juga dikenal dengan banyak sejarah yang terjadi pada bulan ini. Sejarah-sejarah yang terjadi pada bulan Syawal ini sangat penting untuk diketahui bersama, selain untuk mengingat kembali kisah-kisah heroik dan luar biasa perihal cobaan dan ujian yang menghalangi dakwah Rasulullah, juga untuk mengambil hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik dari sejarah tersebut.
Sejarah yang terjadi pada bulan Syawal setidaknya terbagi menjadi tiga bagian, (1) peperangan; (2) pernikahan; dan (3) sejarah lahirnya ulama. Sejarah pertama merupakan histori paling banyak yang akan diulas dalam tulisan ini, di mana hal ini menjadi batu sandungan yang menjadi ujian dakwah Rasulullah.
Sejarah yang kedua merupakan beberapa catatan nabi yang melangsungkan akad nikah di bulan Syawal, karenanya tidak heran jika di Indonesia dikenal dengan istilah “bulan nikah”. Dan sejarah yang ketiga merupakan histori kelahiran dan wafatnya ulama-ulama tersohor di bulan ini. Berikut sejarah-sejarah tersebut kami tulis dengan singkat
Perang Uhud terjadi pada tahun ketiga di bulan Syawal setelah hijrahnya nabi ke Madinah, sebagaimana yang telah disebutkan oleh ulama-ulama sejarah, seperti Imam Ibnu Katsir dalam salah satu karyanya, Sirah Nabawiyah li Ibn Katsir, dan Syekh Muhammad Said Ramadhan al-Buthi dalam Fiqih Sirah Nabawiyah.
Perang Badar terjadi disebabkan rasa dendam orang-orang Quraisy kepada kaum muslimin karena terbunuhnya saudara-saudara mereka pada saat terjadinya perang Badar. Pimpinan mereka mengajak rakyatnya untuk menuntut balas atas kekalahannya. Selain itu, juga sebagai bentuk pemulihan kehormatan kepada masyarakat Arab setelah mereka dipaksa mundur dengan kekalahan dalam perang Badar.
Dalam perang ini, pasukan umat Islam terdiri dari 1.000 orang yang dipimpin oleh Rasulullah dengan disertai dua tentara kavelari, dan 100 pasukan mengenakan baju besi. Nabi juga mengutus tiga panglimanya, yaitu Mush’ab bin Umair, Usaid bin Hudhair, dan Hubab bin Munzir. Sedangkan pasukan orang Quraisy terdiri dari 3.000 orang yang dipimpin oleh Abu Sufyan, dengan disertai 100 tentara kavelari dan 700 pasukan mengenakan baju besi. Alhasil, dalam perang ini pihak kaum Quraisy berhasil meraih kemenangan dan bisa memukul mundur umat Islam.
Perang Khandaq terjadi pada tahun kelima di bulan Syawal setelah hijrahnya nabi ke Madinah. Perang Khandaq diikuti oleh 3.000 personil umat Islam melawan koalisi kaum kafir dengan kekuatan 10.000 personil, dan menurut sebagian ulama sejarah ada yang mengatakan bahwa jumlah personil kaum kafir 15.000 pasukan, dengan koalisi antara orang kafir Makkah, kaum Yahudi, orang-orang Quraisy, dan beberapa kelompok konspirasi.
Pemicu terjadinya perang Khandaq disebabkan seruan dan ajakan orang-orang Yahudi kepada beberapa kelompok dan pembesar suatu suku. Mereka sangat emosi dan merasa sangat terhina ketika melihat kaum Muslimin semakin luar biasa dan semakin luas dalam menyebarkan agama Islam, mereka juga iri ketika melihat keuntungan yang selalu diraih umat Islam. Kaum Yahudi mulai membangun strategi, dengan cara melakukan konspirasi baru untuk mengumpulkan pasukan yang banyak, guna menyerang kaum Muslimin.
Rencana jahat itu terdengar oleh kaum Muslimin, dan disampaikan kepada Rasulullah, kemudian ia mengajak para sahabat untuk bermusyawarah. Dalam musyawarah itu, Salman Al-Farisi menawarkan sebuah gagasan cemerlang. Ia mengusulkan agar umat Islam menggali parit di wilayah utara kota Madinah, yaitu daerah yang bisa menghubungkan antara kedua ujung daerah Harran Waqim dan Harrah al-Wabrah, daerah ini juga merupakan satu-satunya jalan terbuka di hadapan pasukan musuh.
Sedangkan sisi lainnya, sudah menjadi benteng, karena terdapat gunung-gunung tinggi, yang dipenuhi pohon kecil, dan dikelilingi pohon-pohon kurma, sehingga bisa menyulitkan unta dan pejalan kaki untuk melewatinya. Strategi ini diterima Rasulullah beserta para sahabat yang lain, mengingat jumlah pasukan tentara musuh yang begitu besar.
Dengan strategi cemerlang seorang sahabat pendatang dari Persia, persatuan dan kekompakan umat Islam, akhirnya mereka menuai kemenangan. (Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir fil Aqidah was Syari’ah wal Manhaj, [Darul Fikr: 1418], juz XXI, halaman 263).
Perang Hunain terjadi pada bulan Syawal tahun 8 hijriah di lembah Hunain, yaitu sebuah lembah yang menjadi pengubung kota Makkah dan Thaif. Perang ini diikuti oleh 12.000 personil, terdiri dari 10.000 penduduk kota Madinah, dan 2.000 dari kota Makkah. Sedangkan pasukan musuh terdiri dari 20.000 personil.
Perang ini terjadi setelah Allah memuliakan rasul-Nya dengan Penaklukan Kota Makkah (Fathu Makkah). Kaum Quraisy yang sebelumnya memerangi Rasulullah telah berubah seratus delapan puluh derajat menjadi sosok orang-orang yang ingin dekat dengannya. Sementara itu, para pembesar dan tokoh-tokoh kabilah Hawazin dan kabilah Tsaqif sibuk memperbincangkan kemenangan Nabi dan kaum Muslimin. Mereka iri dan dengki dengan kemenangan yang sedang dinikmati umat Islam. Demikianlah awal mula penyebab terjadinya Perang Hunain.
Pada awal peperangan, umat Islam berhasil dipukul mundur oleh pasukan kafir. strategi musuh yang di prakarsai oleh Malik bin ‘Auf cukup ampuh untuk membuat pasukan Islam lari tunggang-langgang dan terpecah di lembah Hunain. Namun pada akhirnya, Rasulullah memanggil pasukan umat Islam untuk mundur, dan menyampaikan kabar gembira bahwa Allah akan memberikan kemenangan pada umat Islam dalam perang ini.
Perang kembali meledak, semangat pasukan umat Islam kembali memuncak, tak ada yang bisa menghalangi mereka untuk meraih kemenangan, hingga pada akhirnya kemenangan bisa mereka dapatkan. (Syekh Said Ramadhan al-Bhuti, Sirah Nabawiyah, [Beirut: Dar al-Fikr 2006], halaman 280).
Perang Thaif terjadi pada bulan Syawal tahun 8 Hijriah, setelah meletusnya perang Hunain. Dalam perang ini, pasukan kaum muslimin mengejar sisa-sisa pasukan Quraisy yang melarikan diri dari perang Hunain, yang bersembunyi di dalam benteng kota yang kokoh, sehingga umat Islam tidak dapat menembus benteng.
Melihat keadaan tersebut, akhirnya Rasulullah mengubah taktik penyerangan, dengan memblokade seluruh wilayah Thaif. Pada akhirnya penduduk Thaif menyerah dan menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan pasukan Islam. (Syekh Ahfiyurrahman Al-Mubarakfuri, Ar-Rahiqul Makhtum, [Darul Wafa: tt], juz I, halaman 408).
Di Indonesia, bulan Syawal dikenal dengan istilah bulan pernikahan. Karenanya, banyak orang-orang yang melangsungkan akad nikah pada bulan ini. Hal ini ternyata sebuah langkah dan upaya mereka untuk mengikuti salah satu amal Rasulullah, yaitu menikah di bulan Syawal.
Pernikahan Rasulullah dengan Sayyidah Aisyah ra dan Sayyidah Ummu Salamah ra merupakan salah satu dari peristiwa bersejarah yang terjadi di bulan Syawal. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam beberapa riwayat, yaitu:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: تَزَوَّجَنِى رَسُولُ اللَّهِ فِى شَوَّالٍ. وَفِي رِوَايَةٍ: أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَزَوَّجَ أُمَّ سَلَمَةَ فِي شَوَّالٍ
Artinya, “Dari Aisyah ra, ia berkata: Rasulullah saw menikahiku di bulan Syawal. Dalam riwayat yang lain: Sungguh Nabi menikah dengan Ummu Salamah ra pada bulan Syawal.”
Salah satu nama ulama tersohor yang tidak asing dalam dunia Islam adalah Imam Bukhari. Ia memiliki kontribusi yang sangat banyak dalam ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu hadits. Hadits nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari tidak hanya berjumlah ratusan, namun mencapai ribuan, sebagaimana tertulis dalam salah satu karyanya, yaitu Shahih Bukhari.
Peristiwa Imam Bukhari yang menjadi catatan sejarah pada bulan Syawal adalah hari kelahiran dan wafatnya. Ia dilahirkan pada hari Jumat tanggal 13 bulan Syawal pada tahun 194 Hijriyah di kota Bukhara, Uzbekistan. Ia juga wafat pada bulan Syawal, tepatnya malam 1 Syawal (malam hari raya Idul Fitri), kemudian dimakamkan pada hari raya tanggal 1 Syawal. (Syekh Ahmad Bilal, As-Sirajul Munir fi Alqabil Muhadditsin, [Daru Ibn Hazm: tt], halaman 356).
Demikian enam peristiwa sejarah penting yang pernah terjadi pada bulan Syawal dari masa ke masa. Semoga bisa menjadi inspirasi dan penggugah semangat untuk terus meneladani perjuangan Nabi, dan yang belum menemukan jodoh semoga segera dipertemukan dengan jodohnya di bulan Syawal ini. Wallahu a’lam.
Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur
Sumber : NU Online/Redaksi