Sabtu Pahing, 16 Nov 2024 / 14 Jumadil Awwal 1446 H
x
Banner

KH Miftachul Akhyar Doakan Jamaah Haji Selamat dan Jadi Haji Mabrur

waktu baca 2 menit
Redaktur NU Demak
Minggu, 11 Jun 2023 05:37
0
260

Jakarta, NU Online Demak

Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Miftachul Akhyar mendoakan agar jamaah haji diberikan keselamatan dan dilancarkan oleh Allah swt dalam melaksanakan rangkaian ibadah dari awal hingga akhir.

“Semoga Allah memberikan keselamatan pada jamaah kita dan menghindari percekcokan,” katanya dalam video yang diunggah Instagram @tv9Nusantara diakses NU Online, Jumat (9/6/2023).

Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya ini juga menaruh harapan agar jamaah haji juga mendapatkan apa yang tentu dicita-citakan dalam menunaikan rukun Islam yang kelima itu, yakni menggapai predikat haji yang mabrur, ditandai dengan perilaku-perilakunya yang jauh lebih baik sebelum melaksanakan ibadah haji.

“Sabar dalam melaksanakan ibadah haji agar betul-betul pulang menjadi haji yang mabrur, sehingga Indonesia akan menjadi lebih baik karena akan diisi oleh mereka haji yang mabrur,” harapnya.

Ia kemudian mengutip hadits yang diriwayatkan Bukhari, bahwa Nabi Muhammad saw menegaskan tidak ada balasan yang pantas untuk mereka yang sudah menggapai predikat haji mabrur, kecuali surga. Janji inilah yang membuat umat Islam Indonesia khususnya berikhtiar keras untuk bisa melaksanan ibadah haji.

الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ

Artinya: “Tidak ada balasan (yang layak) bagi jamaah haji mabrur selain surga” (HR Bukhari).

Kiai asal Surabaya yang lebih akrab disapa Kiai Miftah ini menjelaskan bahwa haji merupakan ibadah yang begitu jelas pahala dan balasannya. Sebagaimana yang dijanjikan Rasulullah saw bahwa surga adalah balasan bagi jamaah haji yang mabrur.

Di samping itu, haji menjadi ibadah yang sampai sekarang masih bisa dipertahankan keasliannya, manasiknya dilakukan di tempat yang sama. “Di situlah sejak nabiyullah Adam melakukan dan para anbiya, para rasul di tempat itu tawafnya ya di situ, sa’i-nya ya di situ ramyul jamarat-nya ya di situ,” ucapnya.

Berbeda dengan ibadah yang lain, imbuhnya, ibadah shalat misalkan, walaupun afdalul ibadah, shalat bisa dilakukan di mana saja, begitu juga dengan puasa bisa di mana saja. Pun syahadat juga demikian. “Tapi kalau haji harus di tempat yang sama, harus di tempat yang persis,” ungkapnya.

Dengan demikian, Kiai Miftah menyebut jamaah haji yang disebut sebagai tamu Allah itu hakikatnya telah memerankan apa yang dahulu dilakukan para nabi dan rasul Allah, sejak nabi Adam sampai Kanjeng Nabi Muhammad saw. “Dia (juga) memerankan peran ulama, peran auliya, peran semuanya dilakukan (jamaah haji) masing-masing,” ujarnya.
Sumber: NU Online Demak

Avatar photo

Redaktur NU Demak

NU Demak selalu berusaha untuk menyajikan informasi teraktual

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap lengkapi captcha sekali lagi.

LAINNYA
x