Sabtu Pahing, 16 Nov 2024 / 14 Jumadil Awwal 1446 H
x
Banner

Satu Abad NU Lebih Mengandalkan Kepada Ketulusan Dan Semangat Seluruh Nahdliyin

waktu baca 3 menit
Choerul Rozak
Sabtu, 2 Des 2023 07:59
0
404

Serang, NU Online Demak

Selama satu abad Nahdlatul Ulama, sebagian besar kehidupan berorganisasi dari NU lebih mengandalkan kepada ketulusan dan semangat berkhidmah dari para khadimnya, para kader, dan para pelayan organisasinya. Tidak hanya mereka yang masuk di dalam kepengurusan struktural NU saja, tetapi juga yang ada di luar kepengurusan stuktural NU.

Demikian dikatakan Ketua Umum Pengurus Besar NU (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf dalam Kegiatan Pelibatan Masyarakat dalam Program Ketahanan Keluarga, di Hotel Horison, Kota Serang, Banten, Rabu (29/22/2023).

“Juga mereka yang walaupun bukan pengurus, tapi dengan segala kemampuan yang dimiliki tetap berusaha memberikan khidmah kepada Nahdlatul Ulama, khidmah atas nama Nahdlatul Ulama,” ungkap Gus Yahya, begitu ia biasa disapa.

“Sekian puluh ribu pesantren yang ada di lingkungan Nahdlatul Ulama ini, sebagian besar kiainya bukan pengurus, tapi semuanya ketika menghadirkan diri di tengah-tengah masyarakat selalu menyatakan bahwa pesantrennya itu datang sebagai wujud dari khidmah Nahdlatul Ulama. Ini luar biasa,” imbuhnya.

Menurutnya, NU memiliki sumber daya tenaga khidmah yang luar biasa besar secara material. Gus Yahya menggambarkan, ada 26.000 madrasah, 31.000 pesantren, serta jutaan aktivis dari Muslimat, Ansor, dan Banser yang tidak pernah pensiun.

Belum lagi, sambungnya, ditambah dengan sumber daya non-material yang tidak ternilai harganya, yaitu tradisi dan budaya ikhlas. “Orang NU ini memang tradisinya ikhlas, budayanya itu budaya Ikhlas. Ikhlas itu buat orang NU sudah jadi peradaban. Makanya, ini walaupun enggak ada gajinya, mau datang semua,” ungkap Gus Yahya.

Alumnus Pesantren Krapyak, Yogyakarta, itu, menyebut banyak orang yang tidak digaji tetap mau aktif berkhidmah di dalam NU, terlebih para kiai. Padahal ikhlas itu perkara yang sulit sekali, menurutnya.

“Ikhlas yang hakiki itu sulit sekali. Kenapa? Karena orang bisa ikhlas beneran itu kalau memang sudah kenal dengan Allah Swt. Kalau sudah makrifat itu baru bisa (ikhlas). Kalau enggak kenal itu mau ikhlas gimana caranya, kan enggak mungkin,” ia menuturkan.

Gus Yahya mencontohkan, bila kita belum kenal dengan seseorang, hanya pernah mendengarnya saja, lalu disuruh bekerja tanpa bayaran demi kepentingan atau untuk mengabdi kepada orang itu, pastilah berat. Apalagi Allah Swt, sehingga ikhlas yang hakiki itu berat sekali, menurutnya.

Meski berat, karena punya ajaran tentang tawasul, sambung Gus Yahya, warga NU bisa berikhlas dengan wasilah. “Mungkin tidak ikhlas langsung kepada Allah, tapi ikhlas dengan wasilah. Misalnya wasilah dari guru-guru kita, wasilah dari kiai-kiai kita, karena ini adalah guru-guru, kiai-kiai, yang sungguh-sungguh kita kenal. Dan kita rela betul untuk melakukan sesuatu, mengabdi kepada beliau, karena kita kenal betul dengan beliau-beliau,” ia mencontohkan.

Hadir dalam acara yang terselenggara atas kerja sama PBNU dengan Kemenag RI ini, Rais Syuriah Pengurus Wilayah NU (PWNU) Provinsi Banten Kiai Agus Abdul Hakim, Dirjen Dimas Islam Prof Kamarudin Amin, Wakil Ketua Umum PBNU H Amin Said Husni, Ketua PBNU Alissa Qatrunnada Abdurrahman Wahid, serta jajaran PBNU seperti Adung Abdul Rahman dari Badan Pengembangan Administrasi dan Kader.

Hadir juga Kiai Bunyamin Ketua Tanfidziah PWNU Banten, beserta jajarannya. Para pejabat Kemenag Banten maupun Pusat, pengurus cabang NU dan Badan otonomnya, seperti Muslimat, Ansor, Fatayat, IPNU, dan IPPNU.

Sumber: NU Online

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap lengkapi captcha sekali lagi.

LAINNYA
x