Pekalongan, NU Online Demak
Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Ubaidullah Shodaqoh mengatakan, pesta demokrasi 5 tahun berupa Pemilihan umum (Pemilu) sering kali mengganggu kesolidan pengurus di semua tingkatan.
“Kita sering melihat, gara-gara pemilu antara rais dan ketua beda pilihan dan akhirnya tidak kompak dalam menjalankan roda organisasi. Dampaknya adalah program-program yang telah dicanangkan jadi terganggu, bahkan mandek,” tegasnya.
Dalam acara upgrading pengurus dan kader yang dihelat Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Pekalongan bekerja sama dengan Uiniversitas Islam Negeri (UIN) KH Abdurrahman Wahid pada Senin (18/12/2023) malam di Gedung Aswaja, Kiai Ubaidullah menyampaikan, untuk bisa merealisasikan program organisasi diperlukan jamaah yang solid.
“Kesolidan jamaah sangat diperlukan dalam menjalankan roda organisasi. Jika tidak, maka akan bubar dan tidak fokus pada maksud dan tujuan. Realisasi program-program PBNU, PWNU, maupun PCNU akan berantakan, jika hal ini terjadi tentu sangat disayangkan,” tegasnya.
Oleh karena itu lanjutnya, soliditas jamiyah harus dijaga. Dirinya meminta kepada orang pertama di NU yakni rais dan ketua harus bisa ‘ngemong’ dalam berbagai hal, termasuk pertanyaan-pertanyaan terkait dengan pilpres dijawab dengan lugas baik oleh pengurus maupun jamaah.
“Untuk pilpres PBNU, PWNU, maupun PCNU tidak akan mengarahkan untuk memilih capres cawapres ke nomor 1, 2 atau nomor 3. Karena memilih pimpinan dalam hal ini capres cawapres merupakan hak dan menjadi tanggung jawab pribadi yang kelak akan dipertanggungjawabkan di akherat,” terangnya.
Menurutnya, kader-kader NU sudah paham ke mana arah dan tujuan sikap netral NU. “Jadi tidak perlu diarah-arahkan karena kader NU sudah cerdas sebab kalau diarahkan belum tentu ‘manut’,” kata Kiai Ubaidullah yang juga Pengasuh Pesantren Al-Itqon Bugen, Kota Semarang itu.
“Karena memilih pimpinan itu adalah hak, maka pilihlah pemimpin yang memiliki risiko yang paling kecil atau ringan dan ini cara yang paling obyektif dengan tetap memperhatikan 9 pokok pedoman NU,” ungkapnya.
Langkah berikutnya, adalah bagaimana kehadiran kader-kader NU bisa memberikan manfaat bagi jamiyah maupun jamaah. Para intelektual NU saat ini telah memberi warna di pendidikan tinggi negeri maupun swasta di tanah air.
“Saat ini PWNU Jateng sering mendapatkan tamu dari kalangan intelektual NU yang ingin berkhidmah di NU. Selain ini sebagai berkah sekaligus tantangan bagaimana memposisikan pada kader-kader NU berkhidmah di lingkungan NU,” imbuhnya.
Diakui, NU sangat lambat untuk merespons kader-kader yang ahli dalam berbagai bidang terutama di bidang fisika, kimia, biologi, maupun lainnya. “Monggo dipikir bareng-bareng mereka-mereka ini mau diberi ruang khidmah di mana,” pintanya.
Sekretaris PCNU Kota Pekalongan Mohammad Yusuf kepada NU Online Jateng Selasa (19/12/2023) menjelaskan, kegiatan upgrading pengurus dan kader sebagai upaya pembekalan menghadapi pemilu maupun menghadapi abad kedua NU.
“Alhamdulillah, acara yang sekaligus untuk haul ke-14 Gus Dur banyak yang hadir dan seluruh acara berjalan dengan baik,” pungkasnya.
Sumber: NU Online Jateng