Jakarta, NU Online Demak
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menjelaskan, inti dari pesantren yaitu sosok kiainya. Figur seorang kiai kebanyakan menentukan masa depan dan keberkahan ilmu santrinya.
Hal tersebut disampaikannya saat acara haul ke-85 Al Maghfurlah KH Muhammad Munawwir bin Abdullah Rosyad di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta, Ahad lalu.
“Keyakinan saya pribadi, ini juga keyakinan dari para masyayikh kita ahwa yang paling inti dari pesantren itu adalah keramatnya kiainya,” jelasnya.
Tokoh yang sering disapa Gus Yahya ini menjelaskan, pentingnya sosok kiai dalam pesantren menentukan keberhasilan seorang santri. Ketokohan kiai juga akan menarik banyak orang tua untuk belajar ke seorang kiai.
Selain itu, peran dan ketokohan seorang kiai membuat pondok pesantren berbeda dari lembaga pendidikan yang lainnya. Hal ini pula membuat pondok pesantren terus eksis di Indonesia.
“Kalau tidak ada keramatnya kiai maka tidak ada bedanya antara pondok pesantren dan non pesantren. Kalau ada keramatnya kiai maka sudah jaminan,” katanya.
Ia menambahkan, salah satu pesantren yang keramat karena sosok kiainya adalah Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Pendiri Pesantren Krapyak yaitu KH Ahmad Warson Munawwir. Kiai Munawwir terbilang keramat karena suka riyadhoh. Ketika riyadhoh sampai mulutnya berdarah sebab baca Al-Qur’an yang terus berulang-ulang.
Sehingga tidak heran, kata Gus Yahya, Pondok Krapyak hingga saat ini bisa keramat, karena dulu kiai yang mendirikan memiliki riyadloh yang sangat kuat, tidak tanggung-tanggung dan tidak main-main.
“Maka tidak heran Krapyak bisa keramat kayak begini. Kiai Munawwir sendiri juga keramat, beliau Raden. Yang mewakafkan tanah yaitu Kiai Said sepuh, juga keramat,” imbuh Gus Yahya.
Ia menambahkan, Krapyak bertambah keramat karena kehadiran KH Ali Maksum. Sehingga ketambahan keramat dari KH Ali Maksum. Membuat keramat Krapyak tambah-tambah.
Tak heran, banyak lulusan dari Pesantren Krapyak menjadi tokoh hebat, tidak hanya jadi simpul, pusat ilmu, tapi juga jadi pusat rohani yang tersebar di berbagai tempat di Indonesia.
“Tirakat para kiai ini untuk ilmu. Yang diminta yaitu ilmu. Pusat kehidupan para kiai yaitu ilmu, maka disebut ulama,” tegasnya.
Dikatakan, sosok KH Munawwir dan KH Ali Maksum juga alasan dari orang tua KH Yahya Cholil Staquf untuk menitipkan dirinya di Krapyak sejak sekolah menengah pertama hingga 15 tahun lamanya.
Selama di Krapyak, Gus Yahya ikut ngaji ke KH Ali Maksum hingga pernah diminta untuk memijatnya. Dengan begitu, Gus Yahya menyaksikan kehebatan KH Ali Maksum secara langsung.
“Saya di bawa ke sini oleh ayah saya agar ketularan Pak Ali. Gitu saja bisa jadi Ketua Umum PBNU. Kalau tidak karena keramatnya Krapyak tidak mungkin. Masya Allah,” ucap Gus Yahya.
Sumber: NU Online