Sayung, NU Online Demak
Siapa sangka, buah mangrove yang sering dianggap sebagai tanaman liar di daerah rob, bisa diolah menjadi cemilan yang lezat dan sehat sehingga bisa menambah cuan juga. Itulah yang dilakukan oleh masyarakat Desa Surodadi, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Mereka menyebut makanan atau cemilan ini dengan nama brayo, dan sudah menjadi bagian dari budaya sejak dulu.
Brayo memiliki tekstur yang kenyal dan rasa yang khas, yang mengingatkan pada perpaduan kedelai, jagung, dan jengkol, namun tanpa bau yang menyengat. Brayo juga bermanfaat untuk kesehatan, karena mengandung banyak nutrisi dari buah mangrove.
Proses pembuatan brayo cukup sederhana, namun membutuhkan waktu yang cukup lama. Buah mangrove harus direndam selama dua hari, kemudian direbus untuk menghilangkan rasa pahit dan lendir. Setelah itu, brayo siap disantap, baik langsung maupun dicampur dengan kelapa parut, gula, dan garam.
“Brayo itu bisa bikin kenyang, jadi bisa jadi pengganti beras. Saya sudah biasa makan brayo sejak kecil, karena ibu saya sering bikin,” kata Sutikah, salah satu pembuat brayo di Desa Surodadi, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak.
Meski begitu, mendapatkan bahan baku brayo tidaklah mudah. Sutikah mengatakan, ia harus berjibaku dengan lumpur dan rob yang tinggi untuk mencari tanaman mangrove di tengah hutan bakau.
“Kalau mau cari brayo, harus susah payah. Tapi, saya senang, karena brayo itu cemilan khas kami,” ujarnya, Kamis (11/1/2024).
Di sisi lain, Bupati Demak Eisti’anah memberikan apresiasi kepada masyarakat Surodadi yang bisa memanfaatkan buah mangrove menjadi cemilan yang nikmat dan sehat.
“Alhamdulillah, ini adalah makanan khas yang harus dijaga, karena tanaman mangrove itu punya banyak manfaat, dari akar sampai buahnya,” katanya.
Kontributor: Samsul Maarif