Sabtu Pahing, 16 Nov 2024 / 14 Jumadil Awwal 1446 H
x
Banner

Mustasar PBNU: Kiyai Sebutan Dari Masyarakat Bagi Orang Yang Mempunyai Ilmu Untuk ‘Ngopeni’ Umat

waktu baca 2 menit
Choerul Rozak
Senin, 15 Jan 2024 09:57
0
382

Semarang, NU Online Demak
Mustasar PBNU KH Mustofa Bisri menegaskan, kiyai merupakan sebutan dari masyarakat bagi orang yang mempunyai ilmu untuk ‘ngopeni’ umat. Kiai bukan merupakan terjemahan dari ulama melainkan orang-orang yang memandang umat dengan kacamata kasih sayang.

“Sifat para kiai tersebut mengikuti pemimpinnya yaitu Kanjeng Nabi Muhammad Saw yang mempunyai kasih sayang yang besar kepada umat,” tegasnya dalam Lailatul Ijtima yang diselenggarakan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah di Pesantren Al-itqon Bugen, Kota Semarang, Kamis (11/1/2024) malam.

Disampaikan, fungsi kiai bukan hanya mengajarkan ngaji, melainkan juga membimbing dan menyantuni umat. Menurutnya, pada dasarnya kiai selalu memberikan pertolongan kepada umat.

“Jadi NU merupakan perkumpulan para kiai dan pengikutnya. NU berdiri ingin peduli masyarakat. Pertanggungjawaban kiai itu dunia akhirat,” ucapnya.

Meskipun demikian, Gus Mus berharap agar para politisi jangan ‘dipoyok-i’. “Politik NU merupakan politik tingkat tinggi, yakni politik kebangsaan atau politik kerakyatan. Makanya ada istilah NKRI harga mati,” kata Gus Mus yang juga Pesantren Raudlotut Tholibien Leteh Rembang itu.

Menurutnya, bagi NU sederhana saja. Indonesia merupakan tanah airku. Warga NU tidak mengerti isme-isme, yang diyakini ya Indonesia ini ibarat rumahnya sendiri,” terangnya.

Karena itu pihaknya tidak mempunyai fatwa lima tahunan. “NU ya ikut saja pada Kiai Ubaidullah Shodaqoh. Ngurusi urusannya umat, seperti para petani,” pintanya.

Sebelum itu Rais PBNU KH Haris Shodaqoh mengharapkan agar pengurus NU tidak hanya mencatat warga NU semata namun juga memberikan solusinya. “Kita berharap ukhuwah Nahdliyah semakin solid”, ucapnya.

Pihaknya mengungkapkan ada sesuatu yang aneh. Menurutnya keputusan hakim menghilangkan khilaf, namun sekarang ada keputusan hakim justru menimbulkan perbedaan pendapat di dalam masyarakat. “Diharapkan NU teliti dalam bersikap, jangan sampai stagnan,” harapnya.

Ketua PWNU Jateng HM Muzamil menjelaskan, acara Lailatul Ijtima merupakan program pengurus terdahulu yang diselenggarakan setiap bulan sekali pada pertengahan bulan qamariyah. “Hal ini kita selenggarakan selain untuk konsolidasi juga untuk tabarukan kepada para masyayih,” pungkasnya.

Dalam acara yang dihadiri Rois Syuriyah PWNU Jateng KH Ubaidullah Shodaqoh dan jajarannya serta seribuan lebih jamaah juga dilakukan peluncuran Jateng Agribisnis Festival (Javest) kerja sama Lembaga Perekonomian NU (LPNU) dan Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) Jawa Tengah pada Januari -Februari 2024.

Sumber: NU Online Jateng

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap lengkapi captcha sekali lagi.

LAINNYA
x