Wonosalam-NU Online Demak
Jumlah konsumsi minyak goreng sawit nasional mencapai 16,2 juta kilo liter (KL). Dari angka tersebut rata-rata minyak jelantah yang dihasilkan berada pada kisaran 40-60% atau berada dikisaran 6,46-9,72 juta KL. Sayangnya minyak jelantah yang dapat dikumpulkan di Indonesia baru mencapai 3 juta KL atau hanya 18,5% dari total konsumsi minyak goreng sawit nasional. Data tersebut dilansir dari Kajian awal Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) dan Traction Energi Asia tahun 2020.
Minyak jelantah merupakan minyak bekas pemakaian, bisa dalam skala rumah tangga, rumah makan, restoran, dan lain lain. Bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik yang terjadi selama proses penggorengan. Jadi pemakaian minyak jelantah yang dipakai berkali-kali, dapat merusak kesehatan tubuh kita, misalnya timbul berbagai penyakit seperti kanker.
Minyak jelantah sendiri masih dianggap sekadar sampah oleh kebanyakan masyarakat level rumah tangga di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih banyak yang belum paham bagaimana cara mengolah jelantah, tidak tahu menjual kemana, tidak ingin repot, dan alasan lainnya.
Hal serupa juga ditemukan di Dukuh Pampang, Desa Tlogorejo Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak. Meski terlihat sepele, membuang minyak jelantah ke tempat pencucian piring maupun tanah memiliki dampak buruk. Dampak terkecil membuang minyak jelantah sembarangan ialah kerusakan pada tempat pembuangan.
Sementara, dampak terbesar membuang minyak jelantah sembarangan adalah pencemaran tanah dan sumber air. Masih banyak masyarakat yang membuang limbah minyak jelantah secara sembarangan atau sekedar dijual kembali dengan harga murah namun memiliki dampak resiko berbahaya terhadap lingkungan.
Berangkat dari fenomena tersebut membuat Kuliah Kerja Nyata (KKN) kelompok 30 UPGRIS mendampingi warga Dukuh Pampang, Desa Tlogorejo Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak untuk memanfaatkan limbah minyak goreng tersebut menjadi barang bernilai jual lebih tinggi, seperti halnya lilin aroma terapi.
Kegiatan yang dilaksanakan di rumah ibu Isrokah yang kebetulan merupakan anggota Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di desa tersebut dihadiri Kepala Desa, perangkat, serta ibu-ibu PKK setempat pada Hari Minggu (18/02/2024).
Muhammad Ainur Rofiq selaku Koordinator Sie Lingkungan menyampaikan Kegiatan ini merupakan wujud kontribusi mahasiswa KKN agar kehadiran kita di masyarakat dirasakan manfaatnya secara nyata bagi desa ini.
“Minyak jelantah dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal, salah satunya adalah pembuatan lilin aromaterapi yang mudah dibuat dengan bahan–bahan yang juga mudah didapatkan untuk mmeminimalisir membuang limbah minyak goreng sembarangan,” imbuh Rofiq.
Lebih lanjut, Rofiq menambahkan lilin aromaterapi adalah lilin khusus yang terbuat dari minyak esensial dengan aroma yang begitu menenangkan dan menyenangkan. Selain dapat mengurangi dan mencegah pencemaran lingkungan. lilin aromaterapi dari minyak jelantah ini juga memiliki nilai jual yang cukup menjanjikan.
“Semoga dengan adanya edukasi dan pelatihan langsung dari kelompok KKN UPGRIS ini mampu memimalisir pembuangan jelantah sembarangan serta bisa menjadi ide berwirausaha baru bagi warga setempat,” pungkas Rofiq.
Senada, Kepala Desa Pampang Moch Fahrurozi menyambut baik kehadiran KKN UPGIS. Apalagi bisa bermanfaat untuk Masyarakat, dan inilah momentum yang tepat untuk kerja nyata para mahasiswa.
“Kami selaku perangkat desa menyampaikan apresiasi yang tinggi untuk adik-adik KKN yang sudah mendedikasikan waktu, tenga, dan pikirannya untuk mengabdi di Desa kami. Semoga setelah pulang dari sini akan ada banyak manfaat dan ilmu yang panjenengan dapatkan untuk diterapkan di daerah kalian masing-masing,” tambahnya.
Menurutnyas Kegiatan pengolahan limbah minyak goreng ini pastinya sangat bermanfaat bagi warga kami, agar selanjutnya bisa di kelola dengan baik oleh ibu-ibu PKK untuk kemajuan Desa kami dan pastinya untuk menyelamatkan lingkungan.
Kontributor: Ika/Red