Sabtu Pahing, 16 Nov 2024 / 14 Jumadil Awwal 1446 H
x
Banner

Idul Fitri, Rais Aam PBNU: Hendaknya Umat Islam Kembali Meneguhkan Akan Tanggung Jawab Besar Yang Dipikul Itu

waktu baca 3 menit
Choerul Rozak
Kamis, 11 Apr 2024 06:52
0
266

Jakarta, NU Online Demak

Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menyampaikan nilai penting yang terkandung dalam Idul Fitri, hari yang disebut sebagai kemenangan umat Islam setelah satu bulan ditempa dengan puasa.

Suatu nilai yang mesti dipegang pada momentum Idul Fitri adalah tugas suci manusia khususnya umat Islam sebagai khalifah di muka bumi. Manusia secara nyata telah menyanggupi untuk mengemban tugas tersebut di saat makhluk-makhluk yang lain menyatakan tidak mampu.

Di momentum Idul Fitri ini hendaknya umat Islam kembali meneguhkan akan tanggung jawab besar yang dipikul itu. Keberadaannya harus benar-benar mencerminkan sebagai khalifah atau pemakmur di bumi, memastikan kiprahnya istiqomah memberi manfaat untuk masyarakatnya dan lingkungannya.

“Mari pergunakan kesempatan ini untuk sebelas bulan yang akan datang. Untuk menjadikan diri kita, masyarakat kita, siapapun yang berhubungan dengan kita untuk memperkenalkan keadilan kejujuran, dan meratakan kesejahteraan menjadi sebuah tanggung jawab cita-cita suci kita. Inilah nilai-nilai dariapda kembali kepada fitrah, Idul Fitri,” katanya sebagaimana dalam tayangan Youtube Multimedia KH Miftachul Akhyar diakses NU Online, Rabu (10/4/2024).

Ditegaskan Kiai Miftach, sapaannya, bahwa manusia sangat beruntung karena dinyatakan Allah swt sebagai makhluk yang terbaik daripada makhluk-makhluk yang lain.

Puasa Ramadhan yang sudah dilalui mengajarkan makna amat penting dalam kehidupan manusia. Bukan sekadar menahan lapar dan haus, tapi lebih dari itu juga mengajarkan tentang menahan sifat kurang baik dan hawa nafsu. Ini selaras dengan apa yang memang semestinya tertanam dalam diri seorang khalifah fil ardh.

“Alhamdulillah untuk kesekian kalinya kita semuanya mendapatkan anugerah kembali kepada fitrah, kembali kepada kesucian setelah satu bulan kita kembali mengenali diri kita, menahan apa yang menjadi kebiasaan nafsu kita keinginan kita selera-selera rendah kita,” ucapnya.

Satu bulan puasa di bulan Ramadhan, waktu yang dinilai cukup untuk umat Islam sebagai pendidikan terbaik saat ini dan untuk bulan-bulan berikutnya. Bulan Ramadhan hendaknya juga dijadikan wasilah untuk setiap individu Muslim menjadi pribadi-pribadi lebih baik.

“Tentu ini cukup sebagai madrasah pembekalan diri kita, untuk bekal sebelas bulan yang akan datang,” ujar Kiai Miftach, sapaan akrabnya.

Kiai Miftach kemudian menjelaskan tentang alasan puasa bulan Ramadhan disyariatkan oleh Allah kepada umat Islam. Menurutnya, tak ada lain kecuali untuk membekali setiap Muslim agar selalu berperan sebagai khalifah di muka bumi ini. Tugas sebagai khalifah sesungguhnya sangat berat. Namun, manusia telah mengambil tugas ini.

“Karena kita di samping sebagai makhluk proyeksi akhirat, kitalah yang bertanggung jawab dan sudah siap mempertanggungjawabkan penciptaan dan kejadian kita di permukaan bumi ini. Setelah makhluk-makhluk raksasa yang lain menganggap menyerahkan diri dan tidak mampu untuk mengemban sebuah amanah yang besar ini sebagai khalifatullah fil ardh, sebagai pemakmur bumi ini yang berakibat semua ibadah kepada Allah swt,” terangnya.

Sumber: NU Online

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap lengkapi captcha sekali lagi.

LAINNYA
x