Jakarta, NU Online Demak
Sebagian Muslim mungkin masih disibukkan dengan menerima tamu di momentum Hari Raya Idul Fitri ini. Baik dari sanak saudara sendiri ataupun dari sahabat-sahabatnya. Tradisi bertamu pada setiap lebaran Idul Fitri memang sudah mengakar di tengah mayoritas masyarakat Muslim. Mereka saling berkunjung untuk tujuan bermaaf-maafan.
Karena tujuan mulia itu, baik tamu maupun tuan rumah mesti memperhatikan adab atau akhlak, sehingga sepanjang dalam kunjungannya khidmat.
Adapun adab tuan rumah saat menerima tamu setidaknya ada enam. Demikian ini sebagaimana dijelaskan pada artikel di NU Online yang ditulis Ustadz M Tatam Wijaya, Penyuluh dan Petugas KUA Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat.
Ustadz M Tatam Wijaya menyebut bahwa Nabi Ibrahim as telah mencontohkan dalam memuliakan tamu. Salah satunya dengan menjawab salam yang ditujukan kepada dirinya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran: (Cerita itu bermula) ketika mereka masuk (bertamu) kepadanya, lalu mengucapkan, “Salam.” Ibrahim menjawab, “Salam.” (Mereka) adalah orang-orang yang belum dikenal, (QS. Adz-Dzariyat 51]: 25).
Kegembiraan tuan rumah mesti ditunjukkan kepada orang-orang yang mengunjungi dengan cara menyambutnya dengan hangat, memasang wajah ceria dan murah senyum. Dalam hadits Nabi dijelaskan bahwa tersenyum di hadapan wajah saudara-saudaranya adalah sedekah. “Yakinlah tamu yang datang membawa berkah bagi tuan rumah dan membawa rezekinya sendiri. Karena itu jangan sungkan dan ragu untuk menjamu dan melayaninya,” tulis Ustadz M Tatam Wijaya, dikutip NU Online, Jumat (12/4/2024).
Saat tamu sudah masuk di kediaman tuan rumah atas izinnya, hendaknya ia bergegas melayaninya dan menemaninya sampai tamu itu berpamitan mengakhiri kunjungannya.
“Jangan ditinggalkan atau apalagi dibiarkan begitu saja kecuali ada kebutuhan penting. Kendati ditinggalkan jangan terlalu lama dan sebaiknya disampaikan alasannya dengan baik,” terangnya.
Menjamu ini sebagai bentuk upaya memberikan pelayanan kepada tamu. Apalagi jamuan yang disuguhkan adalah makanan yang memang sangat disukai oleh tamu.
“Jika makanan belum siap, setidaknya minuman terlebih dahulu disuguhkan. Bahkan, demi memuliakan dan menghormati tamu, di saat berpuasa sunnah pun, kita diperbolehkan berbuka,” jelasnya.
Di sini pentingnya menjaga sikap yang baik kepada tamu. Tuan rumah harus menunjukkan sikap yang ramah dan menjaga penampilan serta memilih kalimat-kalimat yang lembut kepada tamu.
“Pergunakanlah bahasa dan tutur kata yang sopan dan lemah lembut. Termasuk menjaga perasaan tamu adalah tidak membicarakan hal-hal yang terlalu pribadi dan sensitif. Lagi-lagi, bertutur baik juga merupakan tanda keimanan,” ungkapnya.
Di saat tamu pamitan, tuan rumah hendaknya mengantar sampai pintu atau halaman rumahnya. Pandanglah sampai ia tak terlihat lagi. Jangan lupa untuk saling mendoakan, menyampaikan harapan kunjungan berikutnya, salam perpisahan yang menyenangkan, dan ucapan terima kasih atas kedatangannya.
“Jangan pernah menutup pintu, apalagi sampai keras, atau membiarkan tamu sebelum sang tamu pergi dan benar-benar menjauh,” pungkasnya.
Itulah enam adab tuan rumah saat menerima tamu yang perlu diperhatikan. Adapun adab orang yang bertamu telah ditulis sebelumnya di NU Online dengan judul ’10 Adab Bertamu saat Lebaran Idul Fitri’.
Sumber: NU Online