NU Online Demak
Allah perintahkan manusia berpuasa dalam firman-Nya:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Kita tau buah dari puasa adalah agar menjadi orang yang bertaqwa. Jika memakai pendekatan linguistic, Allah menggunakan bahasa : لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ , la’alla dalam ilmu nahwu bermakna tarojji (harapan} tapi khusus dalam al qur’an la’alla ini bermakna tahqiq [ kepastian] artinya buah dari pada puasa pastilah pelakunya akan menjadi orang yang bertaqwa. Tapi puasa yang bagiamana yang menjadikan pelakunya pasti menjadi muttaqin, maka bisa kita lihat dalam firman-Nya , Allah menggunakan bahasa:
ٱلصِّيَامُ disitu memakai al yang disebut al ahdi dzihni yang berarti puasa yang dapat membentuk keribadian muttaqin bukan puasa biasa yang hanya sekedar menahan lapar dan dahaga akan tetapi puasa yang juga menahan nafsu panca indra dan juga nafsu hati. Jika demikian puasa yang kita lakukan pastilah pasca ramdhan kita akan menjadi insan muttaqin sesuai janji Allah diatas.
Penerimaan atau penolakan sebuah amal-ibadah memang sulit diukur. Manusia–siapapun dia–tidak boleh menjustic menjatuhkan putusan atas penerimaan atau penolakan amal seseorang atau dirinya sendiri. Tetapi kita hanya dapat melihat tanda-tanda penerimaan Allah atas amal kita.
Syekh Ibnu Athaillah RA menyebut tanda-tanda penerimaan Allah SWT dalam hikmah berikut ini.
من وجد ثمرة عمله عاجلاً فهو دليل على وجود القبول
Artinya, “Siapa yang memetik buah dari amalnya seketika di dunia, maka itu menunjukkan Allah menerima amalnya.” Maksudanya adanya perubahan lebih baik pasca beramal.
Maka ciri puasa yang diterima sehingga menjadikan pelakukanya termasuk golongan muttaqin adalah adanya peningkatan amal sholih pasca Ramadhan. Dan bukan sebaliknya.
Para salaf pernah ditanya tentang orang-orang yang hanya rajian beribadah pada bulan Ramadhan, maka mereka menjawab:
بِئْسَ القَوْمُ لَا يَعْرِفُوْنَ اللهَ إِلَّا فِي رَمَضَانَ
Sejelek2 kaum adalah mereka yang tidak mengenal Allah Swt kecuali hanya dibulan Ramdhan.
Ada kata-kata menarik yang menyadarkan kita akan hal ini, “Kun rabbâniyyan, wa lâ takun ramadhâniyyan”
(jadilah manusia Rabbani yang selalu mengabdi kepada tuhan kapan saja dan Jangan menjadi manusia Ramadhani, yang hanya beribadah disaat bulan Ramadhan)
Jadilah manusia pasca Ramadan yang memiliki kepribadian lebih baik dan hebat, kualitas keimanan yang meningkat, dan ketaqwaan yang tertanam kuat. Hal ini sesuai target yang diharapkan dari penggemblengan yang dilakukan selama sebulan yaitu agar menjadi manusia muttaqin.
Penulis: Katib Syuriah PCNU Kab. Demak KH. Nor Khalim, Lc, M.Si