Bonang–NU Online Demak
Warga Desa Karangrejo, Kecamatan Bonang, telah mengambil langkah proaktif untuk melindungi desa mereka dari ancaman air asin yang merusak. Mereka, dengan bergotong royong, berusaha memperbaiki pintu air yang rusak dengan alat seadanya seperti bambu, terpal, dan karung berisi tanah.
Kepala Desa Karangrejo, Zakaria Abdullah, mengungkapkan rasa bangga terhadap inisiatif warga dan mengajak Pemerintah Kabupaten Demak untuk ikut memperhatikan dan memikirkan akan kerusakan pintu air yang sudah parah tersebut. “Kami berharap dukungan dari Pemkab Demak untuk memperkuat atau membangun pintu air baru agar dapat membendung air asin yang masuk, karena dari pendanaan kami tidak mampu,” ujarnya dengan penuh harap, Sabtu (11/5).
Pintu air yang lebih kokoh dan layak tidak hanya akan mengembalikan kehidupan normal bagi warga Karangrejo, tetapi juga akan menjadi contoh bagi desa-desa tetangga seperti Kembangan, Sumberejo, Sukodono, dan Krajanbogo untuk mengikuti jejak mereka dalam pertanian padi.
Desa Karangrejo, yang masuk sebagai pembatas antara air asin dan air tawar, memohon dukungan yang lebih kuat dari pemerintah daerah untuk membangun pembatas yang permanen dan efektif.
Seorang tokoh pemuda setempat, Wahid Ulin Nuha, menyoroti bahwa sekitar 60% lahan pertanian desa telah terkontaminasi oleh air asin. “Tanpa pintu air yang layak, kami tidak bisa menanam padi. Kami membutuhkan bantuan untuk membangun pintu yang baru agar sawah kami bisa hidup kembali,” harapnya.
Kegiatan gotong royong yang dihadiri oleh pejabat desa, kelompok tani, Bhabinkamtibmas, Babinsa, dan masyarakat, menunjukkan solidaritas yang kuat dari seluruh elemen masyarakat. Ini adalah langkah penting bagi warga Karangrejo untuk mengatasi krisis air asin yang mengancam sumber penghidupan mereka. Dengan dukungan yang tepat dari pemerintah daerah, mereka berharap dapat kembali ke sawah dan menghidupkan kembali tanah mereka, seperti desa-desa lain yang telah berhasil menanam padi kembali.
Kontributor: Sam/Red