Mranggen–NU Online Demak
Tepat pada peringatan 1 Muharram, Yayasan Kyai Ageng Giri Pondok Pesantren Giri Kusumo kembali menyelenggarakan Grebeg Suro di Desa Banyumeneng, Mranggen, Demak, Jawa Tengah, Ahad (8/7). Acara ini merupakan bentuk perayaan untuk menyambut Tahun Baru Hijriah 1446 H, dengan berbagai kegiatan budaya yang kental dengan nilai tradisi.
Grebeg Suro Girikusumo diisi dengan kirab pusaka Girikusumo yang melibatkan berbagai elemen masyarakat, termasuk Sesepuh Kasepuhan Girikusumo, Abdi Dalem Kasepuhan Girikusumo, Dewan Adat Girikusumo, serta pasukan khusus seperti Pasukan Songo dan Pasukan Patang Puluh yang membawa kendi berkah berisi air suci Girikusumo.
Selain itu, terdapat juga Gunungan Papat dan Tumpeng Berkah Kemakmuran, Angkatan Muda Girikusumo (AMGI), perangkat Desa Banyumeneng, serta perwakilan dari Nahdlatul Ulama beserta Banom-banomnya.
Setelah kirab berakhir, ratusan warga bersemangat berebut tumpeng dan air kendi yang diyakini membawa berkah. Iring-iringan acara ini juga dimeriahkan dengan pasukan pembawa bendera dan kelompok musik tradisional, yang menambah kemeriahan suasana.
Kirab budaya ini dimulai dari halaman Masjid Ageng Girikusumo “Bait Al Salam”, diawali dengan pembacaan doa oleh KH Muhammad Munif Zuhri, dilanjutkan dengan penyerahan empat peti kayu berisi pusaka kepada ahli waris yang bertugas membawa pusaka tersebut ke Masjid “Baitul Musthofa” di Makam Kasepuhan Girikusumo.
Pusaka tersebut terdiri dari empat jubah agung milik para pengasuh terdahulu: KH. Muhammad Hadi Bin KH. Muhammad Tohir, KH. Muhammad Zahid Bin KH. Muhammad Hadi, KH. Zaenuri Bin KH. Muhammad Hadi, dan KH. Muhammad Zuhri Bin KH. Muhammad Zahid. Air berkah yang telah didoakan juga turut diarak dalam kendi yang dibawa oleh pasukan khusus.
Putra dari Mbah Munif, Gus Hanif Maimun, menjelaskan bahwa Grebeg Suro adalah tradisi turun-temurun yang bertujuan untuk memberikan berkah kepada masyarakat setempat sepanjang tahun mendatang. “Kami memberikan sodakohan kepada masyarakat berupa gunungan hasil palawija dan sayur mayur, sebagai bentuk doa dan harapan agar semua masyarakat di Girikusumo dan sekitarnya mendapatkan berkah,” ujarnya.
Lebih lanjut, Gus Hanif menjelaskan bahwa Grebeg Suro merupakan acara tahunan yang memiliki makna mendalam, termasuk iring-iringan kendi patangpuluhan dan gunungan sebagai simbol keberkahan. “Gunungan, tumpeng, dan tirto atau air ini menjadi perantara keberkahan bagi semua masyarakat,” katanya.
Air yang dibawa dalam kendi berjumlah 40 merupakan air mujahadah yang telah didoakan sehari sebelumnya. “Air ini telah kami mujahadi (doakan) sehari sebelumnya, kemudian dimasukkan ke dalam kendi dan diarak bersama pusaka yang ada di pesantren,” tutupnya.
Dengan serangkaian acara yang penuh makna ini, Grebeg Suro Girikusumo diharapkan dapat terus menjadi tradisi yang membawa keberkahan bagi seluruh masyarakat Banyumeneng dan sekitarnya.
Kontributor: Sam/Red