NU Online Demak
Hari Asyura atau 10 Muharram adalah hari yang istimewa. Di hari tersebut, umat manusia dianjurkan untuk banyak melakukan amal kebajikan, baik lahir maupun batin. Di antara amalan yang dianjurkan pada Asyura ini adalah berbagi kepada orang terdekat atau sesama.
Sebagaimana diketahui, sedekah memberikan fadilah yang besar bagi siapa saja yang melaksanakannya, di waktu kapan saja. Hal ini ditegaskan secara langsung oleh Allah swt dalam Al-Qur’an surat Saba’ ayat 39.
قُلْ اِنَّ رَبِّيْ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ وَيَقْدِرُ لَهٗ ۗوَمَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهٗ ۚوَهُوَ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ
Artinya,“Katakanlah (Nabi Muhammad), Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya. Dan sesuatu apapun yang kamu infakkan pasti Dia akan menggantinya. Dialah sebaik-baik pemberi rezeki.” (QS. Saba’ Ayat 39).
Keutamaan sedekah juga disampaikan Rasulullah saw dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim. Orang yang bersedekah, disebut dalam hadits itu, menjadi satu di antara tujuh golongan yang mendapatkan naungan Allah swt kelak di hari kiamat.
عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي ﷺ قال : “سبعة يظلهم الله في ظله يوم لا ظل إلا ظله…” فذكر الحديث وفيه: “ورجل تصدق بصدقة فأخفاها حتى لاتعلم شماله ما ينفق يمينه “. متقق عليه
Artinya, “Diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi Muhammad saw. Nabi bersabda: “Tujuh golongan yang mendapatkan naungan Allah di hari kiamat ialah di antaranya laki-laki yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi atau samar sampai tangan kiri tidak mengetahui apa yang disedekahkan tangan kanan.” (Bulugh al-Maram. Hal 182.).
Memang, sedekah dianjurkan dalam waktu kapan saja, tidak terbatas waktu tertentu. Namun, sedekah tentu akan bernilai lebih jika dilaksanakan juga pada hari Asyura, sebuah waktu yang istimewa di bulan mulia. Sayyid Abi Bakar Syatha ad-Dimyathi menjelaskan, bahwa keutamaan berbagi atau sedekah di hari Asyura kepada keluarga, kerabat, atau sesama juga dapat meluaskan rezekinya. Hal ini sebagaimana ia jelaskan dalam kitabnya, I’anatut Thalibin.
عن أبي هريرة رضي الله عنه عن رسول الله ﷺ قال : ” من وسع في يوم عاشوراء على عياله و أهله وسع الله عليه سائر سنته “.
Artinya : “Diriwayatkan dari abu Hurairah dari Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa meluaskan rezekinya di hari Asyura untuk kerabat dan keluarganya maka Allah akan meluaskan rezekinya di tahun tersebut.” (I’anatut Thalibin Juz 2. Hal 302).
Dalam Al-Qur’an surat Al-Balad dijelaskan lebih utama untuk bersedekah kepada kerabat yatim dan orang miskin yang membutuhkan.
اَوۡ اِطۡعٰمٌ فِىۡ يَوۡمٍ ذِىۡ مَسۡغَبَةٍ ۙ يَّتِيۡمًا ذَا مَقۡرَبَةٍ ۙ اَوْ مِسْكِيْنًا ذَا مَتْرَبَةٍۗ
Artinya : “Atau memberi makan di hari yang penuh kelaparan kepada kerabat yatim, atau orang miskin yang sangat membutuhkan.“ (QS. Al-Balad ayat 14-16).
Imam Fakhruddin al-Rzai dalam Mafatih al-Ghaib, menjelaskan bahwa kerabat yang dimaksud adalah orang yang memiliki kedekatan secara tempat tinggal atau yang biasa kita kenal dengan sebutan tetangga. Hal itu juga sebagaimana kerabat diartikan karena kedekatan secara hubungan darah atau nasab. Sebab, tetangga menjadi orang penting mengingat ia tinggal berdekatan dengan kita, sedangkan yang berdekatan secara nasab terkadang tidak tinggal berdekatan. Anjuran ini juga mengandung maksud lain, yakni guna menjaga silaturahim sebagaimana disebut Imam Ibnu Asyur dalam al-Tahrir wa al-Tanwir.
Meskipun hadits yang menjelaskan keutamaan berbagi atau sedekah di hari Asyura masih diperselisihkan kesahihannya oleh sebagian ulama, namun imam Al-Ajhuri setelah melakukan istiqro’ atau crosscheck kepada imam ahli hadist beliau menegaskan bahwa diantara amalan-amalan hari Asyura yang berlabel shahih adalah hadist yang menjelaskan puasa dan berbagi atau sedekah.
وحاصله أن ما ورد من فعل عشر خصال يوم عاشوراء لم يصح فيها إلا حديث الصيام و التوسعة على العيال, وأما الباقي الخصال الثمانية : فمنها ما هو ضعيف ومنها ما هو منكر موضوع.
Artinya, “Kesimpulanya sesuatu yang menjelaskan 10 amalan di hari Asyura tidak ada yang shahih kecuali hadist puasa dan berbagi, sedangkan sisanya ada yang dlaif ada pula yang munkar maudlu’.” (I’anatut Thalibin Juz 2. Hal 301).
Oleh karena itu, sudah sepatutnya mengisi hari Asyura dengan berbagi kepada orang-orang terdekat yang berkekurangan, khususnya anak yatim dan orang miskin yang kesusahan. Berbagi bukan sekadar memenuhi perintah, tetapi ada yang lebih penting dari itu adalah menjaga kelangsungan kehidupan dan membuat kebahagiaan merona di hati mereka. Pahalanya tak kurang-kurang orang yang memberikan kebahagiaan kepada orang lain. Orang yang berpuasa pun dianjurkan untuk membatalkan puasanya jika disuguhkan makanan oleh tuan rumahnya demi membahagiakannya. Tentu membahagiakan mereka yang berkekurangan tidak lagi terbayangkan ganjaran yang Allah swt sudah siapkan, di hari istimewa pula.
Ustadz Hasan Asy’ari, khadim di Pondok Pesantren Sunan Giri dan Pondok Pesantren Ittihadul Asna Salatiga.
Sumber: NU Online Jateng