Sabtu Pahing, 16 Nov 2024 / 14 Jumadil Awwal 1446 H
x
Banner

Kisah Perjuangan Perempuan Nelayan: Dari Advokasi Hingga Ketangguhan Menghadapi Banjir Rob

waktu baca 3 menit
Samsul Maarif
Senin, 12 Agu 2024 09:25
0
321

DemakNU Online Demak

Komunitas Perempuan Nelayan Puspita Bahari, yang sejak tahun 2005 telah aktif memperjuangkan pemberdayaan ekonomi dan advokasi hak-hak perempuan nelayan, kembali menunjukkan kiprahnya, Minggu-Selasa (4-6/8).

Puspita Bahari menerima kunjungan belajar dari Jaringan Perempuan Pedesaan (JPP) Nusantara, sebuah inisiatif yang difasilitasi oleh Bina Desa. Kegiatan ini berlangsung di tiga desa di Kabupaten Demak, yaitu Morodemak, Purworejo, dan Timbulsloko.

Kunjungan ini diadakan untuk memfasilitasi pertukaran pengetahuan dalam pengorganisasian, pemberdayaan ekonomi, pendampingan kasus kekerasan terhadap perempuan, advokasi hak atas identitas, serta peningkatan ketangguhan perempuan nelayan dalam menghadapi perubahan iklim. Sebanyak 19 perempuan penggagas dan pemimpin komunitas dari berbagai provinsi di Indonesia berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Setibanya di Demak pada, rombongan JPP Nusantara dan Bina Desa disambut hangat oleh Masnu’ah, Ketua dan Pendiri Puspita Bahari, di Okade Coffee and Resto, Minggu (4/8).

Dalam sambutannya, Masnu’ah memaparkan sejarah panjang Puspita Bahari yang selama 19 tahun terakhir telah berhasil membantu lebih dari 1.500 perempuan pesisir dan kelompok rentan lainnya.

“Kami selalu berkomitmen untuk memberdayakan perempuan pesisir agar memiliki kekuatan ekonomi dan perlindungan hak-hak mereka,” ujar Masnu’ah.

Kegiatan belajar dimulai keesokan harinya, dengan kunjungan ke Desa Morodemak dan Desa Purworejo, Senin (5/8). Di Morodemak, di kantor Puspita Bahari, para peserta membahas topik penting tentang “Pengorganisasian dan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Nelayan”.

Koordinator kelompok di Morodemak, Hidayah, menjelaskan bagaimana komunitas ini mencakup berbagai profesi, mulai dari pedagang ikan hingga pendamping korban kekerasan.

“Komunitas kami berusaha merangkul semua perempuan pesisir, tidak peduli latar belakang mereka, untuk bersama-sama membangun kekuatan dan kemandirian,” jelas Hidayah.

Salah satu pendamping korban kekerasan, Salim, turut berbagi pengalamannya. “Saya bergabung dengan Puspita Bahari karena prihatin melihat sulitnya korban mendapatkan pendampingan hukum yang memadai,” ungkap Salim.

Rombongan kemudian mengunjungi Dukuh Tambakpolo, Desa Purworejo, untuk mempelajari lebih lanjut tentang advokasi pengakuan identitas perempuan sebagai nelayan di KTP. Sejak tahun 2016-2017, Puspita Bahari telah membantu 31 perempuan nelayan dalam proses pengubahan identitas mereka di KTP, langkah penting untuk mendapatkan perlindungan sosial dari negara.

“Identitas di KTP sangat penting bagi perempuan nelayan untuk mendapatkan hak-hak mereka, seperti akses ke jaminan sosial,” terang Masnu’ah.

Pada hari terakhir, rombongan mengunjungi Dukuh Timbulsloko, Desa Timbulsloko, yang terkena dampak banjir rob, Selasa (6/8). Di sana, para peserta melihat bagaimana perempuan setempat telah menunjukkan ketangguhannya dalam menghadapi krisis iklim dengan membangun jalan kayu dan beralih profesi menjadi nelayan.

“Kami tidak bisa hanya menunggu bantuan, jadi kami harus beradaptasi dan mencari solusi sendiri,” kata salah satu perempuan Timbulsloko.

Mengakhiri rangkaian kegiatan, Puspita Bahari, JPP Nusantara, dan Bina Desa diterima dalam audiensi dengan pemerintah Kabupaten Demak. Perwakilan pemerintah berkomitmen untuk menindaklanjuti aspirasi dan tantangan yang dihadapi oleh perempuan nelayan, khususnya dalam hal akses layanan dan alokasi anggaran pembangunan.

“Kami akan terus berupaya untuk memperhatikan kebutuhan dan suara perempuan nelayan, terutama dalam hal akses layanan publik dan penganggaran pembangunan,” tegas perwakilan pemerintah.

Kolaborasi ini diharapkan akan memperkuat upaya pemberdayaan dan advokasi hak-hak perempuan nelayan di seluruh Indonesia, memastikan mereka lebih tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan, termasuk krisis iklim yang semakin nyata.

Kontributor: Sam/Red

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap lengkapi captcha sekali lagi.

LAINNYA
x