Sayung–NU Online Demak
Dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-79, Komunitas Perempuan Nelayan Puspita Bahari memberikan dukungan nyata kepada perempuan di Dukuh Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Minggu (18/8).
komunitas ini membagikan pembalut kain dan bibit tanaman sebagai bentuk solidaritas terhadap sesama perempuan yang terdampak krisis iklim, terutama banjir rob.
Founder Puspita Bahari, Masnuah, menjelaskan bahwa pembagian ini ditujukan untuk membantu perempuan di daerah yang kesulitan mengakses air bersih dan sanitasi yang layak akibat terputusnya akses jalan karena banjir rob.
“Di Dukuh Timbulsloko, Desa Timbulsloko, Kabupaten Demak, perempuan sulit mengakses air bersih dan sanitasi yang layak serta minim fasilitas kesehatan, karena terputusnya akses jalan akibat banjir rob,” ungkap Masnuah.
Masnuah juga menyoroti dampak ekonomi dari banjir rob yang telah menyebabkan penurunan pendapatan keluarga, terutama dengan tenggelamnya sawah, tambak, dan rumah warga.
“Sebagai bentuk solidaritas, Puspita Bahari turut merayakan Hari Kemerdekaan dengan membagikan pembalut kain dan tanaman,” lanjutnya.
Kegiatan pembagian pembalut kain ini merupakan bagian dari kerjasama antara Puspita Bahari dan organisasi Biyung yang telah berlangsung sejak tahun 2023. Dengan slogan “Perempuan Bantu Perempuan”, mereka telah membagikan 72 lembar tambahan pembalut kain kepada perempuan dewasa dan remaja di Timbulsloko.
Sebelumnya, pada tahun 2023, Puspita Bahari juga telah memproduksi dan mendistribusikan 660 lembar pembalut kain kepada kelompok perempuan rentan di pesisir Demak, termasuk di Timbulsloko.
Salah satu warga Timbulsloko, Kumini, mengungkapkan rasa terima kasihnya atas bantuan yang diberikan. Ia menjelaskan bahwa pembalut kain sangat membantu dalam menghemat pengeluaran sekaligus mengurangi sampah. “Manfaat pembalut kain itu kita jadi hemat dan mengurangi sampah,” ujarnya.
Selain pembalut kain, Puspita Bahari juga membagikan bibit cabai, terong, tanaman hias, serta media tanam. Pembagian ini dilatarbelakangi oleh kondisi lingkungan yang semakin gersang akibat banjir rob yang menenggelamkan rumah warga dan menghancurkan berbagai jenis tanaman.
“Wilayah ini menjadi gersang dan lebih panas daripada sebelumnya. Situasi ini mendorong keinginan warga khususnya perempuan untuk merawat tanaman baik pangan maupun hias di teras rumah,” tambah Masnuah.
Kegiatan ini didukung oleh berbagai pihak, termasuk LBH Semarang, KIARA, Persaudaraan Perempuan Nelayan Indonesia (PPNI), Yayasan Humanis, Lab Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia, serta Puspita Bahari sendiri.
Kontributor: Sam/Red