Karanganyar–NU Online Demak
Pimpinan Anak Cabang (PAC) Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Kecamatan Karanganyar menggelar Seminar Sejarah Islam dengan tema “Tokoh Perempuan Pendakwah Islam yang Berjasa dalam Penyebaran Islam di Zaman Kewalian dan di Masa Kerajaan Demak Bintoro”. Kegiatan dilaksanakan di masjid Al Istiqomah Desa Undaan Kidul, Ahad (29/09/2024) siang.
Ketua PAC Fatayat NU Kecamatan Karanganyar Mukhlishoh mengatakan, seminar ini kerjasama dengan Forum Kajian Sejarah Kerajaan Demak Bintoro dan Walisongo dengan narasumber Ahmad Kastono Abdullah Hasan, peneliti Sejarah Kerajaan Demak Bintoro dan Walisongo.
Maksud dan tujuan diadakannya kegiatan ini katanya, untuk memberikan informasi dan pemahaman terkait tokoh perempuan di zaman kewalian dan di masa Kerajaan Demak Bintoro yang ikut berjuang dan berjasa dalam penyebaran agama Islam pada wakti itu, karena selama ini masih minim narasi dan informasi terkait hal tersebut.
Ahmad Kastono Abdullah Hasan, peneliti Sejarah Kerajaan Demak Bintoro dan Walisongo dalam paparannya menyampaikan, ada beberapa tokoh perempuan yang ikut berjuang dan berjasa dalam penyebaran agama Islam di zaman kewalian dan di masa Kerajaan Demak Bintoro.
Dari hasil penelitian yang dilakukannya selama ini, setidaknya ia menemukan 5 tokoh perempuan yang berjasa pada zaman kewalian dan 5 tokoh perempuan yang berjuang pada masa Kerajaan Demak Bintoro dalam penyebaran agama Islam, urainya.
“Adapun kelima tokoh di zaman kewalian, meliputi: Fatimah binti Maimun, Nyai Kubila Ali Abdullah, Raden Ayu Dewi Rengganis, Ratu Lembah, dan Putri Ong Tien”.
Fatimah Binti Maimun terangnya, lahir di Baghdad sekitar tahun 1044 M/436 H. Ia adalah seorang tokoh Auliya’ dari kalangan perempuan yang berprofesi sebagai “Guru” di daerah Leran, Gresik pada zaman kerajaan Jenggala.
Nyai Kubila Ali Abdullah lahir di Granada Spanyol pada tahun 1346 M/747 H, ia ikut hijrah ke Jawa bersama kedua orang tuanya dan pernah tinggal di Boyolangu, Desa Tlogoboyo, Kecamatan Bonang, Demak. Ia dikenal dengan sebutan Nyai Subang Larang, dan wafat pada tahun 1418 M/821 H.
Raden Ayu Dewi Rengganis lahir pada tahun 1366 M/ 767 H. Ia seorang mualaf dan masuk Islam saat usia 43 setelah menikah dengan Syekh Muhammad Khoiruddin al-Kaff bin Syekh Maulana Ali Abdullah al-Maghribi, Syekh Boyolangu.
Ratu Lembah nama aslinya adalah Nyai Siti Sholikhah binti Syekh Maulana Mudhofar Malik Hasan al-Maghribi, Mbah Maghribi Demak/pendiri Pesantren Glagah Wangi. Ratu Lembah lahir di Granada Spanyol pada tahun 1382 M/784 H. Ia adalah tokoh yang mengkoordinir para istri wali peserta musyawarah para wali se-Jawa yang pertama tahun 1463 M/867 H, maupun pada musyawarah para wali se-Jawa yang ke-dua tahun 1466 M/870 H. Ia wafat pada tahun 1489 M/894 H dalam usia 107 tahun.
Putri Ong Tien adalah anak dari Kaisar China yang lebih memilih menjalani hidup di negeri orang dan ikut berlayar mengikuti Laksamana Cheng Ho ke Jawa pada tahun 1405 M. Ia adalah istri dari Datuk Kahfi, Syekh Habiburrahman bin Ali Abdullah bin Muhammad Hasan Ibnul Ash al-Maghribi, yang bergelar Sunan Gunungjati kesatu. Nama Islamnya Nyai Siti Asiyah, wafat pada tahun 1487 M/891 H, dalam usia 99 tahun.
Sementara untuk kelima tokoh yang berjuang pada masa Kerajaan Demak Bintoro, yaitu: Raden Ayu Kustiyah, Dewi Nawangsih, Raden Ayu Sekartaji Kusumaningrum, Putri Kusuma Wardani, dan Putri pandan Arum, jelasnya.
Raden Ayu Kustiyah lahir pada tahun 1452 M/ 856 H, ia putri Syekh Muhammad Ja’far Hasan al-Quds, Sunan Kudus kesatu. Raden Ayu Dewi Kustiyah adalah istri Raden Umar Sa’id, Sunan Muria ketiga. Ia wafat pada tahun 1490 M/895 H dalam usia 38 tahun.
Dewi Nawangsih lahir sekitar tahun 1498 M, ia putri dari Raden Umar Sa’id. Dewi Nawangsih menikah dengan Raden Bagus Rinangku dari daha Kediri dan hanya dikaruniai satu orang anak. Ia wafat pada tahun 1578 M/986 H dalam usia 80 tahun.
Raden Ayu Sekartaji Kusumaningrum lahir di Cirebon pada tahun 1499 M, ia putri Raden Sanjaya bin Sunan Kalijogo. Raden Ayu Sekartaji Kusumaningrum dikenal dengan sebutan Mbah Merah, ia adalah istri kedua Raden Trenggono dan ibu kandung dari Patih Wonosalam. Ia wafat sekitar tahun 1586 M, dalam usia 87 tahun.
Putri Kusuma Wardani lahir pada tahun 1499 M, ia adalah pimpinan pasukan Bhayangkari dengan pangkat Senopati di zaman Raden Fatah dan merupakan anak buah dari Patih Mangkubumi Ronggo Toh Joyo yang pernah terjun langsung dalam ekspedisi Pasukan Demak ke Sunda Kelapa (Jakarta) pada tahun 1526-1527 M. Ia terkenal dengan sebutan Mbah Ringgit, wafat pada tahun 1536 M dalam usia 37 tahun dan belum menikah.
Putri Pandan Arum lahir pada tahun 1501 M, ia adalah anak kedua Raden Fatah dari istri ketiganya yang bernama Dewi Zulaikhah. Putri Pandan Arum pernah menjadi Telik Sandi di Kerajaan Demak Bintoro dan menjadi Senopati ketika terjadi ekspedisi pasukan Demak ke Sunda Kelapa. Ia wafat pada tahun 1537 M saat masih lajang.
Sebenarnya masih ada beberapa tokoh perempuan yang ikut berjuang dalam penyebaran agama Islam pada masa Kerajaan Demak Bintoro, akan tetapi masih dalam tahap penelitian dan penelusuran lebih lanjut, pungkas AKA Hasan sapaan akrab Ahmad Kastono Abdullah Hasan.
Kontributor: Soleh/Red