Karanganyar–NU Online Demak
Dewi Nawangsih yang mempunyai nama asli Sri Ayu Nawangsih, lahir sekitar tahun 1498 M. Ia adalah putri dari Raden Umar Said, Sunan Muria ketiga. Dewi Nawangsih selama ini kehidupannya digambarkan mengerikan oleh cerita tutur yang kemudian menjadi cerita rakyat yang dimuat dalam cerita Babad dan Serat. Bahwa kisah cintanya berakhir tragis karena di panah oleh ayahnya sendiri yang tembus hingga ia dan kekasihnya meninggal dunia secara bersamaan.
Sebuah cerita yang mengerikan bila itu dianggap sebagai kebenaran, karena merupakan penghinaan terhadap perilaku seorang wali yang membunuh anaknya sendiri gara-gara cinta dari seorang anak manusia yang tak direstuinya. Salah satu kisah percintaan yang begitu legendaris, cerita tuturnya masih menjadi pegangan oleh masyarakat di sekitarnya bahkan di luar daerah pun masih mempercayainya.
Demikian itu dikatakan Ahmad Kastono Abdullah Hasan atau AKA Hasan, peneliti Sejarah Kerajaan Demak Bintoro dan Walisongo, saat mengisi Seminar Sejarah Islam dengan tema “Tokoh Perempuan Pendakwah Islam yang Berjasa dalam Penyebaran Islam di Zaman Kewalian dan di Masa Kerajaan Demak Bintoro” yang diselenggarakan oleh Pimpinan Anak Cabang (PAC) Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, bekerjasama dengan Forum Kajian Sejarah Kerajaan Demak Bintoto dan Walisongo, Ahad (29/09/2024) beberapa waktu lalu.
Menurut kisah leluhur lanjut AKA Hasan, Dewi Nawangsih adalah putri Raden Umar Said yang sangat cantik jelita. Paras kecantikan Dewi Nawangsih banyak meluluhkan hati lelaki, salah satunya adalah murid Raden Umar Said yang bernama Raden Bagus Rinangku. Raden Bagus Rinengku yang dalam cerita merupakan anak dari Sultan Agung yang berasal dari Kerajaan Mataram yang menimba ilmu pada Raden Umar Said. Ia salah satu murid yang tergolong pandai, kepintaran dan wajah Raden Bagus Rinangku yang rupawan, ternyata mampu menimbulkan benih-benih asmara di hati Dewi Nawangsih.
Perasaan cinta dihati keduanya berjalan mulus karena Dewi Nawangsih juga sangat mencintai Bagus Rinangku. Ternyata Dewi Nawangsih telah dijodohkan dengan salah satu murid Raden Umar Said yang bernama Muttamakin, sehingga Dewi Nawangsih menolak perjodohan itu. Suatu ketika Raden Umar Said memberi tugas kepada Raden Bagus Rinangku untuk pergi ke suatu sawah yang ada di daerah Masin. Karena rasa tawadhuknya kepada gurunya, bergegaslah ia menuju ke persawahan tersebut. Besarnya rasa cinta Dewi Nawangsih pada Raden Bagus Rinangku membuat keduanya tak bisa dipisahkan. Hubungan cinta yang tak direstui itu, akhirnya keduanya diusir, hingga keduanya pergi ke selatan dan meninggalkan Gunung Muria, jelas AKA Hasan melansir dari cerita tutur dan cerita rakyat yang berkembang selama ini.
Akan tetapi dari hasil penelusuran dan penelitian yang dilakukan AKA Hasan terhadap kisah dan cerita tutur tersebut, perlu adanya pelurusan tentang cerita Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku maupun tentang Raden Umar Said itu sendiri, sebagai berikut;
Dari hasil penelitian yang dilakukan AKA Hasan selama ini, ia berharap masyarakat terutama umat Islam dapat membuka cakrawala berpikirnya dalam mencerna cerita-cerita yang tidak bertanggung jawab, terutama cerita tutur dan legenda yang menyimpang dan bila dalam kehidupan sekarang dinamakan cerita “Hoaks”.
Menurut AKA Hasan, Raden Bagus Rinangku dan Dewi Nawangsih adalah seorang Wali Pejuang Dakwah Islam pada zaman Kerajaan Demak Bintoro dan mereka adalah tokoh yang bersih dari fitnah yang dituduhkan oleh orang-orang yang bertutur cerita Hoaks tersebut.
Dewi Nawangsih wafat pada tahun 1578 M/986 H dalam usia 80 tahun, sedangkan Raden Bagus Rinangku wafat pada tahun 1570 M/ 978 H dalam usia 78 tahun dan hanya dikaruiai satu orang anak yang meneruskan perjuangan dakwahnya. Makam keduanya berada di Dukuh Masin, Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Kontrubutor: Soleh/Red
1 tahun lalu
Siapa nama anak Dewi Nawangsih dan R Rinengku?