Warning: Undefined array key "bws_login_form" in /home/demakweb/public_html/wp-content/plugins/captcha-bws/captcha-bws.php on line 277

Warning: Trying to access array offset on value of type null in /home/demakweb/public_html/wp-content/plugins/captcha-bws/captcha-bws.php on line 277

Warning: Undefined array key "bws_register_form" in /home/demakweb/public_html/wp-content/plugins/captcha-bws/captcha-bws.php on line 277

Warning: Trying to access array offset on value of type null in /home/demakweb/public_html/wp-content/plugins/captcha-bws/captcha-bws.php on line 277

Warning: Undefined array key "bws_forgot_pass_form" in /home/demakweb/public_html/wp-content/plugins/captcha-bws/captcha-bws.php on line 277

Warning: Trying to access array offset on value of type null in /home/demakweb/public_html/wp-content/plugins/captcha-bws/captcha-bws.php on line 277
Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Lepas Santri Peraih Beasiswa Kuliah di Maroko – NU Demak
Jum'at Kliwon, 14 Nov 2025 / 23 Jumadil Awwal 1447 H
x
Banner

Jadwal Sholat Hari Ini Jum'at Kliwon, 14 Nov 2025 / 23 Jumadil Awwal 1447 H untuk Kab. Demak

Imsak
03:39
Subuh
03:49
Dzuhur
11:25
Ashar
14:45
Maghrib
17:38
Isya
18:51

Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Lepas Santri Peraih Beasiswa Kuliah di Maroko

waktu baca 3 menit
Choerul Rozak
Rabu, 24 Sep 2025 09:46
0
292

Jakarta-NU Online Demak

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) melepas 24 santri yang mendapat beasiswa kuliah di Maroko. Pelepasan itu dilaksanakan di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (23/9/2025) malam.

“Malam ini kita melepas mereka secara resmi, dan besok mereka akan berangkat ke Maroko untuk melanjutkan studi,” ujar Ketua RMI PBNU KH Hodri Ariev kepada NU Online.

Setelah sampai di Negeri Maghribi itu, lanjut Kiai Hodri, mereka akan diterima oleh Pengurus Cabang Internasional NU Maroko, lalu diberi pembekalan serta orientasi.

Kiai Hodri menambahkan bahwa beasiswa PBNU ke Maroko ini merupakan angkatan ke-4. Dua angkatan pertama tidak disyaratkan hafal Al-Qur’an 30 juz. Tetapi dua angkatan terakhir diharuskan hafal Al-Qur’an 30 juz.

Para santri dari berbagai pesantren itu, lanjut Kiai Hodri, dinyatakan lolos untuk mendapat beasiswa PBNU yang bekerja sama dengan Kerajaan Maroko setelah melalui seleksi berdasarkan kemampuan akademik murni.

Kiai Hodri juga menambahkan, ada hal yang membanggakan bagi RMI PBNU ketika para santri yang dikirim ke Maroko tahun sebelumnya berprestasi di sana.

“Beberapa santri kita yang berangkat ke sana, ketika mengikuti kompetisi syarah mutun, syarah Al-Qur’an, ada beberapa mendapatkan yang juara satu,” ungkapnya. “Itu level nasional,” imbuh dia.

Sementara itu, Ketua PBNU KH Miftah Faqih mengungkapkan bahwa persyaratan beasiswa ke Maroko ini cukup ketat; mulai dari hafal Al-Qur’an, pengetahuan turats, kemampuan bahasa Arab, hingga mengikuti proses inkubasi.

“Jadi kalau dikatakan apakah (seleksinya) ini ketat? Sangat ketat. Dari 400 orang, bahkan itu lebih, sebenarnya itu, itu yang diterima, yang lolos itu hanya 24, kan gitu. Ini menandakan bagaimana kompetisinya itu. Dan (peserta) harus betul-betul siap jiwa raga,” ungkapnya.

Kiai Miftah juga menegaskan bahwa hak untuk mendapat pendidikan merupakan hak semua orang. Dalam konteks beasiswa ini, syarat atau kualifikasi santri diutamakan, tanpa memandang latar belakang mereka.

“Tahu enggak, di antara ini itu ada peserta yang luar biasa, yang untuk beli tiket ke (kantor PBNU) sini saja itu enggak mampu,” ungkapnya.

“Artinya, semua orang punya hak untuk untuk mendapatkan akses pendidikan asal memenuhi syarat, silakan aja. Kalau nggak memenuhi syarat, meskipun itu anak orang ampuh, tetap enggak bisa,” tegasnya.

Fiya Nahdliyatus Shidqiyah, mahasiswa terpilih dari Pesantren Salafiyah Bangil Probolinggo Jawa Timur, menceritakan awal dirinya mendaftar seleksi beasiswa ke Maroko.

“Awalnya mendapat kabar dari kerabat—dulu ada salah satu kerabat yang ke Maroko. Kemudian karena melihat ada link yang tersebar di NU Online itu, kemudian awalnya hanya mencoba. Ternyata, Alhamdulillah, lolos,” ungkap Fiya.

Ditanya motivasinya belajar ke Maroko, perempuan berkacamata itu menjawab bahwa negeri asal Ibnu Batutah itu menurutnya layak atau cukup baik untuk belajar ilmu-ilmu agama.

“Maroko ini adalah tempat yang sangat worth it untuk memperdalam ilmu-ilmu Islam dan juga Ilmu Al-Qur’an yang betul-betul saya cari,” ujar Fiya.

Sumber: NU Online

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap lengkapi captcha sekali lagi.

LAINNYA
x