Sabtu Pahing, 16 Nov 2024 / 14 Jumadil Awwal 1446 H
x
Banner

Rais Aam PBNU: Kita Tidak Punya Apa-Apa, Akhirnya Bisa Menjadi Apa-Apa Atau Dianggap Apa-Apa Karena Kita Ini Terkatrol

waktu baca 4 menit
Redaktur NU Demak
Sabtu, 20 Mei 2023 14:14
0
576

Semarang, NU Online Demak

Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengatakan, amaliyah kita ini sebetulnya tabarukan atau dengan bahasa lain amaliyah katrolan.

“Kita tidak punya apa-apa, akhirnya bisa menjadi apa-apa atau dianggap apa-apa karena kita ini terkatrol,” katanya dalam Halal Bihalal Nasional PBNU yang bertema ‘Syawalan Bahagia Menuju NU Digdaya di Abad Kedua’ di Auditorium Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Ahad (14/5/2023).

Kiai Miftach mengingatkan, kalau tahu amal kita amal katrolan, seharusnya sadar bahwa tidak ada kebanggaan, kecuali kita niat berkhidmat agar katrolan ini mulus.

“Untungnya kita hidup di akhir zaman menjadi kelompok umat Nabi Besar Muhammad Saw. Umat yang nantinya diharapkan menjadi juri dan saksi kepada umat-umat lain. Umat yang wasathi merupakan kata atau kalimat jami’ lima’ani li’adl walkhair walistiqamah yakni ada keadilan, ada kebaikan, dan ada istiqamah,” katanya.

Hal itu menurutnya adalah tugas yang diperankan umat wasathiyah. “NU termasuk umat yang wasathi, yang khairu ummatin ukhrijat linnaas. Yang ciri khasnya ta’muruuna bilma’ruufi watanhauna ‘anilmungkaari watu’minuunabillah,” ujarnya.

Wasathiyah hemat Kiai Miftach adalah konsep luar biasa, karena wasathiyah yang di antaranya memuat keadilan adalah jaminan suksesnya sebuah bangsa. Imam Al-Ghazali menyatakan dalam kitab at-Tibrul Masbuk, dunia ini telah dikuasai orang Majusi tidak kurang 4 ribu tahun karena menerapkan keadilan.

Disampaikan, orang Majusi itu penyembah api dan tidak iman kepada Allah, tapi mempraktikkan keadilan dalam kemasyarakatannya. “Apalagi kalau kita (muslim) yang menerapkan?” tantangnya.

Dikatakan, Rasul juga sempat menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Kaisar Majusi Anu Sirwan karena keadilan dan kejujurannya. “Jadi (adil) ini modal. Kita sebagai umat katrolan kalau tidak punya semangat kejujuran dan keadilan, ya sudah habis kita,” tegasnya.

Dia melanjutkan tentang al-khair (kebaikan). Yakni kita punya mabadi’ khairu ummah. Di situlah nilai-nilai kita untuk bisa bersaing dengan umat dan bangsa-bangsa yang lain. Sudah banyak pendahulu kita mempersiapkan nahdliyin nahdliyat untuk bisa bersaing menjadi umat terbaik.

Kemudian istiqamah. Ada pilpres tidak ada pilpres pileg (tetap) istiqamah. Dakwahnya adalah dakwah amar ma’ruf nahi mungkar. “Bila kita melangkah memasuki suatu ruang harus disertai nilai amar ma’ruf nahi mungkar. Karena amar ma’ruf nahi mungkar ini sangat luas mengisi setiap ruang. Tidak bisa kita nanti dituduh sebagai ‘pemain politik’ karena yang kita perankan adalah amar makruf nahi anilmungkar, menyebar khairat dan keadilan,” terangnya.

Serahkan Wakaf

Ketua Lembaga Wakaf dan Pertanahan PWNU Jateng KH Idris Imron kepada NU Online Jateng menjelaskan, dalam kesempatan halal bihalal nasional pihaknya menyerahkan asset tanah ke PBNU. “Alhamdulillah 8 bidang sudah disertifikasi atas nama perkumpulan NU, sedangkan yang 4 bidang masih dalam proses.

Dikatakan, PWNU Jateng juga telah bekerja sama dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi guna sertifikasi wakaf dan milik perkumpulan NU. “Mulai tahun 2019 kita berulang kali telah melakukan pertemuan Lembaga Wakaf dan Pertanahan NU se-Jawa Tengah guna memberikan pembekalan teknis terkait sertifikasi wakaf dan asset milik perkumpulan NU,” ucapnya.

Menurutnya, kesadaran mengelola Jamiyah NU telah tumbuh dan berkembang sejak dilakukan kaderisasi mulai tahun 2014 di Jawa Tengah. “Kita  sadari sepenuhnya bahwa NU bukan partai politik, maka di dalam berkhidmah juga tidak kita lakukan dengan cara-cara politis. Kita berkhidmah dengan cara on the track sesuai karakter NU sebagai jamiyah diniyah ijtimaiyah,” terangnya.

Untuk itu pihaknya mendorong kreativitas para pengurus dan kader NU untuk berkhidmah maksimal dengan tetap memperhatikan instruksi pimpinan yang terdiri dari para ulama. “Segenap pengurus dan kader yang benar-benar berkhidmah kita apresiasi, sedangkan yang belum kita dorong untuk aktif,” harapnya.

Berikut prasasti yang ditandatangani Ketua Umum PBNU untuk:

  1. Masjid Al-Ansor yang diwakafkan oleh Sunarso seluas 800m2 di RT 01 RW 05 Patemon, Gunungpati, Kota Semarang
  2. Mushala Nurul Hikmah diwakafkan oleh Abdul Chamid seluas 350m2 di RT 03 RW 05 Patemon Gunungpati, Kota Semarang
  3. Mushola Al-Ja’far diwakafkan oleh Japar seluas 150m2 di RT 04 RW 03 Mangunsari, Gunungpati, Kota Semarang.

Semuanya diwakafkan kepada Perkumpulan Nahdlatul Ulama dalam hal ini diwakili oleh MWCNU Gunungpati Kota Semarang. Tiga bidang tanah wakaf tersebut merupakan bagian dari 134 bidang atau seluas 41.614m2 yang telah bersertifikat wakaf atas nama NU di wilayah Gunungpati, Kota Semarang.

Sumber : NU Online Jateng/redaksi/cr

Avatar photo

Redaktur NU Demak

NU Demak selalu berusaha untuk menyajikan informasi teraktual

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap lengkapi captcha sekali lagi.

LAINNYA
x