NU Online Demak
Sholat merupakan rukun Islam kedua yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim yang sudah memasuki usia baligh. Dosa akan diberikan kepada orang yang lalai dalam menjalankan ibadah yang menjadi tiang agama ini. Sholat juga menjadi tolok ukur keshalihan seseorang karena pada dasarnya sholat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar sebagaimana Firman Allah Swt. dalam Surat al-Ankabut ayat 45.
اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
Artinya: “Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Agar sholat dapat menjalankan fungsinya sebagai pencegah perbuatan keji dan kemunkaran, maka harus dilaksanakan secara sempurna sesuai dengan tata cara pelaksanaannya. Oleh karena itu, orang yang akan mendirikan sholat harus mengetahui tata caranya sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
Kitab Fasholatan yang ditulis oleh Syaikh ‘Allamah Muhammad Asnawi al-Qudsy ini direkomendasikan untuk masyarakat yang ingin mempelajari tata cara pelaksanaan sholat. Sesuai dengan namanya”Fasholatan” kitab yang memiliki tebal 100 halaman ini menjelaskan tata cara sholat mulai sebelum mendirikan sampai pada dzikir setelahnya. Tidak hanya sholat fardhu saja, kitab Fasholatan juga menerangkan berbagai macam sholat sunnah seperti sholat sunnah rowatib, tarawih, witir, dhuha, tasbih, idain (idul fitri dan idul adha) dan lainnya.
Mendirikan sholat tidak sekedar melaksanakan rukunnya saja, namun juga perlu memperhatikan kesempurnaan dalam mempraktikkan rukun tersebut. Di dalam Kitab Fasholatan dibahas step by step pelaksanaan sholat sehingga gerakan sholat menjadi sempurna.
Sebagaimana Kyai Asnawi menjelaskan tata cara sujud yang terdapat pada halaman 25. Beliau menerangkan ketika akan sujud musholli/orang melaksanakan sholat tidak perlu mengangkat kedua tangan. Lutut terlebih dahulu ditempelkan ke bumi/tempat sholat selanjutnya disusul dengan kedua tangan. Kening dan hidung ditempelkan ke bumi sedangkan rambut jangan sampai menutupi kening.
Begitu juga dalam pemakaian kopyah/peci bagi laki-laki jangan sampai menutupi kening karena dapat menjadikan sholatnya tidak sah. Selanjutnya, kedua kaki dalam posisi jinjit dan pantat diangkat. Bagi laki-laki sebaiknya sikut direnggangkan jangan sampai menempel perut dengan catatan tidak mengganggu jama’ah yang berada disampingnya. Berbeda dengan perempuan sebaiknya tidak perlu merenggangkan sikut.
Penulisan yang simpel dan lugas membuat kitab Fasholatan mudah dipahami oleh pembacanya. Selain itu, muallif menulisnya dengan tulisan pegon sehingga kalangan awam pun bisa membaca kitab ini tanpa pemahaman yang mendalam sebagaimana kitab-kitab fiqih yang ditulis dengan bahasa Arab. Sebagai pengetahuan, pegon adalah tulisan arab yang telah dimodifikasi dan digunakan untuk penulisan bahasa Jawa. Karena digunakan dalam bahasa Jawa maka tulisan pegon memiliki huruf khusus yang tidak terdapat pada tulisan huruf hijaiyyah misalkan seperti tulisan c ditulis dengan ݘ, ng ditulis ڠ dan g ditulis ڮ.
Metode penulisan kitab ini juga terhitung menarik karena muallif menyertakan makna Jawa pada bacaan-bacaan yang ditulis menggunakan bahasa arab sehingga para pembaca dapat memahami arti yang terkandung dalam setiap lafadz yang dibacanya. Dengan metode ini diharapkan musholli dapat menghayati apa yang ia baca sehingga menjadikan sholatnya lebih khusyu’. Mengenai metode penulisan kitab, muallif telah menjelaskannya di bagian khutbah kitab:
وبعدُ فرا إڠكڠ ڠلاكوني # صلاة لن لفظ بيسا معناني
إيكي له كتاب أنراڠاكن # لفظ لن معنا دين أڠن – أڠن
مريڠ لياني إيا أنوتوتور # دڠا ويريدان إڠكڠ وس مشهور
Kitab Fasholatan berukuran 12 x 18 cm. Dengan ukuran tersebut memudahkan pembaca untuk membawa dan membacanya dimanapun berada. Kekurangan kitab ini tidak memiliki daftar isi sehingga menyulitkan pembaca untuk mencari pokok bahasan/materi yang ingin dipelajari. Pembaca harus membuka lembar demi lembar untuk mendapatkan materi yang dicari.
Dilihat dari berbagai fashal yang disajikan, kitab ini cukup lengkap dan dapat dijadikan tuntunan dalam melaksanakan ibadah sholat. Syaikh Allamah Muhammad Asnawi al-Qudsy meyakinkan para santri untuk mempelajari kitab ini melalui khutbah kitab:
نماني كتاب فصلاتاني # فرا علماء ڮرو ڮوروني
إيكي له كتاب أجا ڊا ماماڠ # إيكو ووس بنر أجا سوملاڠ