NU Online Demak
Betapa dahsyatnya banjir bandang yang tiba-tiba datang, dalam sekejap air meluap dan melalap apa saja yang dilewati hingga pohon-pohon yang semula kokohpun roboh terseret oleh derasnya laju air.
Air yang jumlahnya tidak terhingga dan menggenangi persawahan, pemukiman, dan jalanan tidak pernah dibayangkan kapan air sebanyak itu dikumpulkan lalu ditumpahkan. Pertanyannya, kalau manusia yang mengumpulkan air sebanyak itu kira-kira butuh waktu berapa lama, memerlukan berapa mobil tangki untuk mengangkutnya dan mendatangi berapa sumber air untuk mendapatkannya?.
Ketika air menggenang, orang pun tidak pernah berfikir berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengurasnya, dan berapa banyak alat berat penyedot air yang harus disiapkan?, lalu air itu harus dibuang ke mana? sedangkan semua dataran rendah telah tergenangi bahkan sungai sebagai tempat pembuangannya tidak lagi mampu menampungnya.
Namun ketika manusia terlena dalam kesibukan dan tidurnya tiba-tiba air menyusut dan surut lalu hilang begitu saja entah kemana raibnya. Sungguh Allah yang menjalankan awan dan mengumpulkannya hingga bertumpuk-tumpuk lalu keluar hujan dari celah-celahnya.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nur ayat 43 :
Artinya:
Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan, kemudian mengumpulkannya, lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya dan Dia (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran es) itu kepada siapa yang Dia kehendaki dan dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan. (QS An-Nur : 43)
Penulis: H Ahmad Niam Syukri Masruri
Sumber: NU Online Jateng/Red