Demak– NU Online Demak
Banjir yang terjadi di Karanganyar, Demak, sejak 8 Februari 2024, akibat tanggul Sungai Wulan yang jebol, telah menimbulkan dampak yang luas. Bukan hanya menggenangi ribuan rumah dan lahan pertanian, banjir ini juga mengancam proses pemungutan suara susulan (PSS) di daerah tersebut. Namun, pemerintah daerah tidak tinggal diam. Dengan bantuan berbagai pihak, termasuk donatur, relawan, dan TNI, pemerintah daerah berusaha keras untuk mengatasi bencana ini dengan segera.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah mempercepat proses pengeringan lokasi yang tergenang air. Menurut Bupati Demak, Eisti’anah, dalam konferensi pers yang diadakan di Command Centre Demak, Selasa (20/2/2024), proses pengeringan telah berhasil dilakukan dalam waktu kurang dari 15 hari. Ini merupakan ekspektasi yang luar biasa, mengingat awalnya diperkirakan akan membutuhkan waktu 50 hari.
“Kita terus memompa air untuk disalurkan kembali ke sungai. Dan, kita fokus mengevakuasi para warga, sekitar 13.000 relawan, dari berbagai elemen dan daerah ikut sengkuyung bersama. Penanganan tanggul selama 3 hari dan mengeringkan lokasi-lokasi yang masih tergenang air, dan Alhamdulillah tidak sampai 15 hari sudah bisa dikeringkan,” ungkap Bupati Eisti’anah.
Bupati Eisti’anah juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para donatur dan relawan yang telah membantu evakuasi dan pemenuhan kebutuhan logistik para korban banjir. Ia mengatakan bahwa pemerintah daerah akan memberikan bantuan kepada para korban banjir, baik berupa bantuan dari BAZNAS, BNPB, maupun bantuan untuk lahan pertanian yang terdampak.
“Terkait PSS, kalau belum kering akan dititikkan di satu desa. Dari KPU untuk mendata ulang, untuk KTP dan KK yang hilang, sudah koordinasi dengan Dukcapil untuk mencetak ulang. Perihal lahan pertanian yang terdampak akan dapat bantuan, bisa bibit, pupuk dan lainnya,” tambah Bupati Eisti’anah.
Sementara itu, Komandan Kodim 0716/Demak Letkol Kav Maryoto, menjelaskan bahwa progres surut air telah berlangsung lebih cepat dari perkiraan awal. Ia mengatakan bahwa tanggul yang jebol telah tertutup dalam waktu kurang dari seminggu, dan saat ini tinggal penguatan saja.
“Yang awalnya diprediksi akan surut lama, kita terus berikhtiar bersama dan bekerja sama dengan berbagai pihak, dan Alhamdulillah progres surut bisa lebih cepat. Dalam waktu hampir kurang seminggu tanggul yang jebol sudah tertutup. Desa Kebun Banteng merupakan daerah yang paling rendah, makanya sampai sekarang masih tergenang air, semoga kedepan lebih cepat dialihkan ke sungai sehingga bisa mengalir cepat ke laut,” kata Letkol Maryoto.
Letkol Maryoto juga mengatakan bahwa logistik masih cukup dan para korban banjir tidak kekurangan. Dirinya mengapresiasi partisipasi warga yang turut membantu penanganan bencana. Dandim menyebutkan bahwa jumlah pengungsi sudah berkurang dari 22.000 menjadi 15.000 orang.
“Terkait logistik, Alhamdulillah masih cukup, dan kita semaksimal mungkin sudah berusaha apa yang menjadi kebutuhan korban tercukupi. Partisipasi warga juga turut diucapkan banyak terima kasih,” ucap Letkol Maryoto.
Selain itu, Sekretaris Daerah Demak, Sugiharto, menambahkan bahwa pengungsi yang berada di Kudus sebagian sudah pulang. Ia mengatakan bahwa target pemerintah daerah adalah membersihkan desa Karanganyar yang sudah kering.
Sugiharto juga mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan sulitnya surut air adalah kondisi sipon (pipa dalam tanah) yang ada di kecamatan Gajah yang sudah tua dan kurang lancar. Namun pemerintah daerah sudah mengusulkan perbaikan sipon tersebut ke pusat.
“Sipon yang di kecamatan Gajah itu sejak bangunan Belanda, dan kurang lancar, itu juga menjadi salah satu penyebab susah surut, itu sudah kami usulkan untuk perbaikan, tentunya pusat yang akan menentukan,” jelas Sugiharto.
Kontributor: Samsul/Red