Karanganyar–NU Online Demak
Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Karanganyar sukses menggelar acara Hari Santri Nasional (HSN) Tahun 2024, kegiatan yang dipusatkan di gedung MWC NU itu dimulai sejak pagi hari dengan pembacaan arwak jamak atau kirim do’a lelulur dan khotmil Qur’an oleh para kader perempuan penghafal al-Qur’an (hafidzah) yang ada di Kecamatan Karanganyar, Jum’at (25/10/2024).
Ketua Panitia HSN MWCNU Kecamatan Karanganyar Tahun 2024, Abu Bakar mengatakan, kegiatan dimulai sejak pagi dengan pembacaan arwah jamak dan khotmil Qur’an bil ghaib serta do’a bersama oleh para hafidzah Muslimat dan Fatayat Kecamatan Karanganyar.
Kemudian siang harinya dilanjutkan puncak kegiatan yang dihadiri ratusan kader NU yang terdiri dari; pengurus MWCNU Kecamatan Karanganyar beserta badan otonom di tingkat Kecamatan (Muslimat, Fatayat, Ansor, Banser, ISNU, IPNU dan IPPNU), juga dari pengurus NU, Muslimat dan Fatayat di tingkat ranting se-Kecamatan Karanganyar.
Kegiatan ini bertujuan sebagai konsolidasi kader agar peringatan HSN yang dicetuskan oleh KH. Hasyim Asy’ari ini dapat diteruskan oleh semua kader NU, dalam berjuang kader NU harus bersama-sama, semangat dan ikhlas agar program-program organisasi dapat direalisasikan dengan baik.
Ulama dulu lanjutnya, berjuang mengusir penjajah dengan terjun langsung berperang melawan penjajah. Maka dari itu, sebagai kader generasi penerus upaya tersebut harus kita lanjutkan sesuai dengan tema HSN tahun 2024 ini, yaitu “Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan”.
Abu Bakar juga mengucapkan terima kasihnya kepada semua pihak terutama panitia yang dapat bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing, sehingga kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan meriah dan khidmat. Semoga Allah SWT membalas jerih payah tersebut dengan kebaikan dan diberikan keberkahan, tutupnya.
Ketua MWCNU Kecamatan Karanganyar KH. Achmad Syafiq menyampaikan, kemerdekaan Indonesia tidak didapatkan secara cuma-cuma sebagai hadiah, akan tetapi dihasilkan melalui perjuangan tumpah darah para kyai dan santri. Setelah diproklamasikannya Indonesia pada 17 Agustus 1945 tidak lantas membuat penjajah hengkang dari bumi nusantara, sebulan setelah itu Belanda masih menyerang Surabaya.
Sehingga dengan kondisi genting itu KH. Hasyim Asy’ari, pendiri NU, memfatwakan kepada para kyai dan santri untuk mempertahankan kemerdekaan, sehingga tercetuslah “Resolusi Jihad” yang berisikan fatwa wajib ikut berperang untuk radius 90 kilometer dari medan pertempuran yang puncaknya terjadi pada 22 Oktober 1945. Bagi kyai dan santri yang gugur dalam pertempuran tersebut dapat dikategorikan sebagai syahid.
Dari peristiwa Resolusi Jihad inilah jelas Kyai Syafiq, akhirnya tercetus pertempuran 10 November 1945 yang dipimpin oleh Kyai Abbas dari Cirebon dan diberitakan oleh Bung Tomo melalui radio, dalam peristiwa tersebut akhirnya terbunuhlah Jenderal Mallaby oleh santri yang memakai sarung di medan pertempuran.
Dari peristiwa tersebut akhirnya Presiden RI ketujuh, Joko Widodo, pada tahun 2015 meneken Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri yang ditetapkan tanggal 15 Oktober 2015. Keppres inilah yang menguatkan perjuangan para kyai dan santri diakui secara resmi oleh pemerintah, yang akhirnya setiap tahunnya bisa kita peringati bersama.
Maka sebagai kader NU, sudah sepatutnya kita untuk meneruskan perjuangan para ulama tersebut, perjuangan kita saat ini tidak mengangkat senjata bertempur melawan penjajah akan tetapi memastikan bahwa jam’iyah NU itu sebagai organisasi yang cocok untuk negeri ini dengan maksud agar kita semua tidak lupa dengan sejarah yang lampau, puskasnya.