Demak-NU Online Demak
Intensitas hujan tinggi yang terjadi sejak Sabtu (18/1/2025) di Kabupaten Demak memperburuk kondisi wilayah dengan sistem drainase yang kurang memadai. Akibatnya, banjir meluas hingga merendam ratusan hektar lahan pertanian, serta memicu krisis pada ketahanan pangan dan perekonomian petani setempat.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Demak, Agus Herawan, menyebutkan bahwa berdasarkan data awal, sekitar 41 hektar sawah dilaporkan puso atau gagal panen akibat genangan air.
“Kami sudah melaporkan kondisi ini kepada pemerintah provinsi dan Kementerian Pertanian untuk mendapatkan bantuan dan kompensasi bagi petani terdampak,” ungkap Agus, Jumat (7/2/2025).
Sementara itu, Plt Kalak BPBD Demak, Haris Wahyudi, menambahkan bahwa pada 7 Februari 2025, luas lahan pertanian terdampak banjir meningkat drastis hingga 415 hektar. Selain sawah, ribuan rumah, fasilitas pendidikan, tempat ibadah, dan pasar tradisional ikut terendam.
Kecamatan Bonang, Sayung, dan Karangtengah menjadi wilayah paling parah terdampak. Di Bonang, enam desa terendam hujan deras, sementara dua desa lainnya digenangi banjir rob. Hal serupa terjadi di Kecamatan Sayung dan Karangtengah, dengan total 20 desa masih tergenang air.
Petani asal Desa Prampelan, Kecamatan Sayung, Ahmad, menyuarakan keresahannya atas bencana ini.
“Sawah saya tenggelam, tanaman pun tak terlihat lagi. Kami berharap ada solusi dari pemerintah agar setiap tahun sawah kami tidak kebanjiran hingga gagal panen. Kami ikhlas, tapi ini terus berulang,” ungkapnya.
BPBD Demak bersama instansi terkait telah melakukan berbagai langkah tanggap darurat, mulai dari koordinasi dengan pemerintah desa, pengoperasian pompa air, hingga distribusi logistik dan air bersih bagi warga terdampak.
Meski demikian, upaya jangka panjang seperti normalisasi aliran sungai, peninggian tanggul, dan perbaikan drainase sangat dibutuhkan agar bencana banjir tak terulang lagi.
Kontributor: Sam/Red