Wonosalam, NU Online Demak
Sejarah tentang eksistensi Wali Konseptor Dakwah Islam di Tanah Jawa selama ini masih belum terekspos oleh peneliti sejarah yang berkaitan dengan Walisongo. Mereka disebut sebagai Wali Konseptor Dakwah Islam dikarenakan tugas yang diembannya adalah mengatur strategi dakwah Islam di Tanah Jawa dan mereka inilah yang menjadi Konseptor maupun Inisiator dalam terbentuknya oraganisasi dakwah Islam di Tanah Jawa yang mashur dengan sebutan Dewan Walisongo.
Demikian disampaikan Ahmad Kastono Abdullah Hasan, peneliti Sejarah Kerajaan Demak Bintoro dan Walisongo, di Perumahan Bumi Wonosalam Asri, Jogoloyo Demak, Kamis (21/8/2025) beberapa waktu lalu.
Tokoh-tokoh yang disebut sebagai Wali Konseptor dan Inisiator terbentuknya Dewan Walisongo menurut Ahmad Kastono Abdullah Hasan, diantaranya;
Beliau adalah tokoh yang lahir di Negeri Maghribi (julukan untuk Daulah An-Nashriyah atau Bani Ahmar yang ada di Granada, Spanyol, Eropa) tahun 1326 M/726 H. Beliau beserta keluarganya hijrah ke Jawa (Demak) pada tahun 1387 M/789 H.
Beliau adalah pendiri dan pemilik Pesantren Glagah Wangi Demak yang kemudian ditunjuk oleh Raja Majapahit (Wikrama Wardhana) atas rekomendasi Panglima Perang Majapahit (Sri Ratna Aji Pangkaja Parameswara atau Brawijaya/Damarwulan) untuk menjadi Kepala Daerah Kewalian Demak mulai tahun 1404-1457 M/806-861 H, menggantikan Syekh Boyolangu yang menjadi Kepala Daerah Kewalian Demak yang pertama (1354-1404 M/755-806 H).
Syekh Maulana Maghribi Demak wafat pada tahun 1457 M/861 H dalam usia 131 tahun. Lokasi makamnya ada di Belakang Masjid Agung Demak (Jawa Tengah) bertuliskan Syekh Maulana Maghribi.
Beliau lahir di Negeri Maghribi pada tahun 1336 M/736 H dan ikut hijrah orang tuanya (Syekh Boyolangu) hingga sampai ke Jawa (Demak) pada tahun 1351 M/752 H. Beliau adalah anak pertama dari 12 (dua belas) bersaudara.
Syekh Maulana Ali Ibrahim adalah pimpinan Pesantren Boyolangu yang kedua setelah ayahnya. Beliau wafat pada tahun 1463 M/868 H dalam usia 127 tahun. Lokasi makamnya ada di Dukuh Boyolangu, Desa Tlogoboyo, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
Beliau lahir di Champa pada tahun 1358 M/759 H. Beliau adalah kakak ipar dari Tumenggunggung Wilwatikta (Adipati Tuban) dan juga kakak ipar dari Syekh Jumadil Kubro (Troloyo, Mojokerto, Jawa Timur).
Syekh Ibrahim Asmoroqondi mendapat tugas dari Syekh Maulana Maghribi Demak untuk mengkoordinir para wali yang ada di Jawa bagian timur. Beliau wafat pada tahun 1464 M/868 H dalam usia 106 tahun. Lokasi makamnya ada di Tuban (Jawa Timur).
Beliau lahir di Kota al-Quds (Palestina) pada tahun 1389 M/790 H kemudian hijrah ke Jawa bersama kakak misannya dan sampai di Demak tahun 1406 M/809 H yang kemudian dijadikan anak angkat oleh Syekh Maulana Maghribi Demak di Pesantren Glagah Wangi.
Beliau adalah adik ipar Syekh Ibrahim Asmoroqondi, karena Putri Candrawati binti Jamaluddin Husein (Tosora) diperistri olehnya. Beliau mendapat tugas oleh Syekh Maulana Maghribi Demak untuk berdakwah di Majapahit (Trowulan, Mojokerto). Beliau wafat pada tahun 1495 M/900 H dalam usia 106 tahun. Lokasi makamnya ada di depan Masjid Troloyo, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.
Beliau lahir di Demak pada tahun 1398 M/800 H kemudian hijrah ke Cirebon atas permintaan kakak ke-empatnya yang menjadi istri ke-tiga Prabu Siliwangi. Beliau adalah satu-satunya Wali Konseptor Dakwah Islam di Tanah Jawa yang mendapat gelar Sunan yaitu sebagai “Sunan Gunung Jati” yang pertama yang dijabat dari tahun 1466-1490 M/870-895 H.
Gelar Datuk Kahfi diperolehnya pada tahun 1425 M/828 H, ketika beliau mampu menikahi Laksamana Putri Ong Tien (anak Kaisar China) yang ditawan oleh otoritas Malaka ketika kapalnya tertinggal oleh Laksamana Cheng Ho dan memasuki wilayah Malaka. Beliau menjabat sebagai Sunan Gunung Jati selama 24 tahun yang kemudian digantikan oleh anak pertamanya yang bernama Datuk Abdul Jalil (Syekh Siti Jenar Cirebon). Datuk Kahfi wafat pada tahun 1490 M/895 H dalam usia 92 tahun. Lokasi makamnya ada di Bukit Amparan Jati (Cirebon-Jawa Barat).