Demak Kota, Nu Online Demak
Ada doanya Kanjeng Nabi Muhammad SAW yang mustajab, namun tidak ada yang berani berdoa demikian, yakni Allahumma ahyinii miskiinan, wa amitnii miskiinan, wahsyurnii fii jumratil masaakiin.
Yang berarti, “Ya Allah! Hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, dan matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang miskin” kata Gus Yahya saat mengisi Mauidhoh Hasanah yang digelar di Serambi Masjid Agung Demak (MAD), Senin (24/10/2022).
Pengajian Umum yang digelar oleh Ta’mir Masjid Agung Demak
dalam memperingati hari besar islam Maulid Nabi Muhammad SAW terebut mengambil tajuk ‘Puncak Ibadah Hamba Adalah Akhlaq Mulia’ yang berlangsung secara khidmat dan meriah.
Lebih lanjut, KH Muhammad Yusuf Hudlori menegaskan, kalau kanjeng Nabi itu miskin karena pilihan, sedangkan kita miskin karena terpaksa. Seumpama nabi mau makan sehari lima kalipun ya tentu saja sangat bisa, tapi beliau lebih memilih puasa setiap hari karena mau menemani umatnya yang kebanyakan miskin.
Gus Yusuf melanjutkan, Kanjeng nabi itu kepingin sekali kumpul dengan yang miskin, berbeda dengan kita yang cenderung suka kumpul dengan orang-orang kaya, yang terpandang atau yang punya jabatan. Bahkan nabi tidur pun diatas pelepah kurma, ia niatkan untuk prihatin, gerakan ngempet/tidak berlebih-lebihan itu juga sangat penting.
Selain itu, Nabi juga manusia biasa, ya bekerja juga. Berdagang ketika di Makah, di Madinah mulai bertani. Cuma bedanya bau keringatnya nabi harum/wangi, nabi juga bisa terluka, bahkan giginya tanggal, tapi Rasulullah terus berjuang memberikan contoh, bahwa perjuangannya tidak mudah, terus-terusan dijahati namun beliau tetap tabah dan bersabar.
“Jika ingin mencari dan memberikan contoh kata-kata yang bijak, omongan dengan perilakunya sesuai–Nabi Muhammad lah orangnya, beliau uswatun khasanah, segala sikap dan sifat Rasulullah menjadi panutan bagi seluruh umat. Tidak diragukan lagi bagaimana budi pekerti yang dimiliki Rasulullah sangatlah mulia,” jelas Gus Yusuf yang juga sebagai Pengasuh Asrama Perguruan Islam (API) Pondok Pesantren Salafi Tegalrejo Magelang.
Gus Yusuf menambahkan, untuk mukjizatnyapun juga tidak aneh-aneh, beda dengan nabi-nabi lainnya, mukjizatnya nabi adalah Al-Qur’an, yang bisa dipelajari, bisa dibaca dan bisa diamalkan oleh siapapun, sangat-sangat manusiawi.
Itulah Rasulullah, kunci sukses nabi adalah akhlaq, Nabi Muhammad diutus Allah hanya untuk menyempurnakan akhlaq budi pekerti.
Akhlaq Rasulullah itu Al-Qur’an, kalau ingin punya akhlaq yang baik, jawabnya hanya satu, ngaji, pahami dan amalkan isi Al-Quran, karena sumber akhlaq itu Al-Quran, dulu jaman sahabat tidak perlu ngaji, tinggal melihat kebiasaan beliau saja, semisal bagaimana caranya berdagang yang baik–lihat saja cara dagangnya beliau.
“Rasulullah itu ibarat Al-Quran berjalan, dulu ketika Rasulullah dapat wahyu, nabi tinggal ngomong ke para sahabat, untuk sahabat yang cerdas tinggal menghafalkannya, tapi bagi sahabat yang IQ-nya sedang tinggal ditulis di pelepah kurma/ kulit unta, sampai Rasulullah meninggal belum ada yang namanya pembukuan Al-Quran,” terang Gus Yusuf
Dikatakan, sampai pada jaman Abu Bakar Ash-Shiddiq baru dibukukan, jadi Al-Quran yang kita pegang sekarang bisa dikatakan produk bit’ah, namun bit’ah yang wajib, karena kalau kita tidak pegang Al-Quran ya tidak bisa baca, produknya bit’ah, tapi isinya kalamulloh.
“Tanpa ngaji mustahil bisa punya akhlaq, yang belum bisa baca ya jangan sedih, yang penting mau kumpul dengan alim ulama itu sudah bagus, salah satu ikhtiar jalan untuk mendapatkan akhlaq, yakni bimbingan dari ulama, jika tidak ada ulama manusia tidak lebih daripada kambing yang tak punya ilmu.” pungkasnya.
Kontributor: Samsul Maarif
Editor: Choerul Rozak