Demak-NU Online Demak
Puncak Grebeg Besar Demak ditandai dengan Penjamasan Pusaka Sunan Kalijaga. Selain iring-iringan prajurit patang puluhan, terdapat juga 522 peserta kirab yang mengenakan busana layaknya prajurit yang ikut mengawal Lurah Tamtomo dan ubo rampe penjamasan pusaka milik Sunan Kalijaga dari Pendopo Kabupaten menuju Makam Sunan Kalijaga di Kadilangu, Demak, Jum’at (06/06/2025).
Pelaksana harian (Plh) Bupati demak Muhammad badruddin menyampaikan, 522 prajurit yang ikut kirab merupakan simbol dari Kabupaten Demak yang telah memasuki usia ke 522 tahun pata 2025.
Penjamasan atau penyucian dua benda pusaka milik Sunan Kalijaga lanjutnya, yang berupa ageman Kotang Onto Kusumo dan Keris Kyai Carubuk dilakukan tepat pada momen 10 Dzulhijah ini menjadi penanda puncak atau inti dari rangkaian Grebeg Besar Demak 2025/1446 Hijriyah.
Tradisi ini juga merupakan bentuk pelaksanaan wasiat Sunan Kalijaga untuk merawat kedua benda pusaka tersebut. Prosesi jamasan dimulai dengan prosesi membawa baki berisi minyak jamas dari Pendopo Notobratan Kadilangu menuju Makam Sunan Kalijaga oleh ahli waris Sunan Kalijaga. Tim penjamasan pusaka berjumlah tujuh orang diiringi rombongan arak-arakan.
Sesepuh Ahli Waris Sunan Kalijaga H.R. Muhamad Cahyo Iman Santoso mengatakan, sebelum memasuki lokasi makam, ahli waris beserta rombongan jajaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Demak membaca tahlil dan do’a bersama. Setelah itu Juru Kunci Makam didampingi salah satu tim jamas menaiki tangga pintu makam dengan cara berjalan jongkok. Mereka nampak membacakan sebuah doa sembari membuka pintu yang dalam kondisi digembok.
Pelaksanaan jamasan pusaka ini hanya dilakukan oleh ahli waris Sunan Kalijaga yang ditunjuk secara khusus. Sebanyak 7 orang tim minyak jamas terdiri dari panembahan, juru kunci, dan ahli waris lainnya. Selain itu, sebelum prosesi jamasan, tim minyak jamas juga diwajibkan berpuasa selama sekitar 9 hari. Yaitu sejak tanggal 1 Dzulhijjah hingga puasa sunah tarwiyah dan arafah.
Adapun filosofi tradisi penjamasan pusaka tersebut merupakan sebuah upaya menyucikan diri, yakni memelihara hati agar terhindar dari perilaku yang merugikan diri sendiri dan juga orang lain.
Usai jamasan, tim minyak jamas yang keluar Gedung Kasunanan atau Sasono Gendong langsung diserbu pengunjung untuk bersalaman. Mereka sengaja menunggu untuk bisa salaman bekas jamasan pusaka Sunan Kalijaga dari ahli waris Sunan Kalijaga. Masyarakat percaya bahwa jika bisa bersalaman dengan tim penjamas, maka akan mendapat keberuntungan dan sebagai bentuk ngalab berkah.
Pengirim: Soleh